YOGYAKARTA (Arrahmah.com) – Yogyakarta bersyariat. Demikian harapan dan kesimpulan sebagian besar peserta dialog publik bertema Keistimewaan DIY dalam Perspektif Agama dan HAM yang diadakan oleh Majelis Mujahidin terkait peresmian Masjid Raya Ar Rasul, Ahad 9 Januari 2011. Dengan menegakkan syariat Islam maka Yogyakarta akan benar-benar Istimewa. Allahu Akbar!
Masjid Raya Ar Rasul Agar Umat Mengikuti Rosululullah SAW
Pagi itu, Ahad (9/1/2011) aktivis Majelis Mujahidin (MM) dan para undangan nampak sudah memenuhi ruangan masjid Raya Ar Rasul. Masjid dua lantai tersebut adalah masjid Raya Ar Rasul yang sekaligus juga berfungsi sebagai Pusat Studi Islam An Nabawy. Digunakannya nama Ar Rasul menurut Ustadz Irfan S Awwas, Ketua Lajnah Tanfiziyah Majelis Mujahidin, untuk mengambil ibroh (teladan) kepada Rasulullah SAW, karena Rasulullah SAW adalah sosok yang berhasil dalam pembangunan umat.
Masih menurut Ustadz Irfan, awalnya tanah untuk lokasi Masjid Raya Ar Rasul dibeli pada tahun 1997 oleh Yayasan Ahlus Shuffah. Dari rencana awal anggaran 2 Milyiar untuk pembangunan, alhamdulillah, hanya sekitar 50 % dana yang dibutuhkan untuk membangun Masjid Raya Ar Rasul. Rencananya, Masjid Raya Ar Rasul akan didedikasikan untuk sarana dakwah kepada ummat Islam, khususnya yang berada di sekitar masjid. Islam dengan segala hukumnya, termasuk jihad fie sabilillah pun akan dibahas di Masjid Raya Ar Rasul.
Yogyakarta Bersyariat, Semakin Istimewa
Jika Yogyakarta yang sudah dikenal sebagai Daerah Istimewa mau menegakkan syariat Islam, maka posisi Yogyakarta akan semakin istimewa. Demikian inti pesan tabligh akbar yang disampaikan oleh Ustadz Abu Muhammad Jibril Abdul Rahman, Menurut beliau pula, pemerintah tidak perlu takut dengan Majelis Mujahidin, apalagi menstigma dengan terorisme. Silahkan datang dan tanya ke Masjid Raya Ar Rasul, tentang pelbagai masalah Islam, termasuk jihad.
Ustadz Abu Muhammad Jibril Abdurrahman dalam tabligh akbarnya mengangkat tema Memakmurkan masjid sebagai sentra penegak syar’ah Islam. Menurut beliau masjid adalah lambang Islam, jika masjid hidup dan makmur maka umat Islam juga hidup. Beliau juga mengutip Al Qur’an Surat At Taubah ayat 18 sebagai landasan kaum Muslimin untuk memakmurkan masjid.
Dialog Publik Tentang Yogyakarta : Yogyakarta Serambi Madinah
Tepat jam 9.15 menit, Masjid Raya Ar Rasul akhirnya diresmikan pemakaiannya oleh GBPH Joyokusumo yang bertindak mewakili Sultan Hamengku Buwono X. Dalam kesempatan tersebut GBPH Joyokusumo membeberkan sejarah berdirinya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Beliau juga menjelaskan konteks budaya Jawa dalam memandang sebuah masjid, dan beliau mengharapkan Islam Rahmatan lil Alamien bisa hadir di Yogyakarta.
Setelah itu, acara dilanjutkan dengan dialog publik dengan tema : Keistimewaan DIY dalam Perspektif Agama dan HAM. Dalam acara tersebut, GPBH Joyokusumo menjadi pembicara pertama. Beliau menjelaskan muasal Yogyakarta yang dulunya adalah kerajaan Islam Mataram hingga ijab qabul dengan NKRI dan terjadinya kontroversi status Yogyakarta belakangan ini. Dalam paparannya beliau juga menyampaikan bahwa Sultan Yogyakarta juga bergelar khalifatullah yang menunjukkan kedekatannya dengan Islam. Dalam dialog tersebut bahkan ada usulan menjadikan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Serambi Madinah.
Dalam acara tersebut, Amir Majelis Mujahidin, Ustadz Muhammad Tholib juga mengkritisi kontroversi Yogyakarta baik secara undang-undang positif, deklarasi HAM, dan juga versi syariat Islam.
Sementara itu, pembicara lainnya, Prof. Dr. Ahmad Mursyidi M.Sc menyoroti masalah kisruh dan talik ulur masalah Yogyakarta dengan menganalogkan perlunya sebuah obat, meskipun pahit, namun harus ditelan kalau mau sembuh. Maklum, beliau adalah juga seorang apoteker.
Ketika dibuka sesi tanya jawab, maka antusias para peserta sangat besar dengan pelbagai pertanyaan dan masukan. Seluruh pertanyaan juga dijawab dengan tuntas dan lugas oleh seluruh pembicara. Hadirin yang berkumpul di Masjid Raya Ar Rasul secara umum sangat antusias dan setuju sekali apabila syariat Islam ditegakkan di Yogyakarta. Sementara itu, GBPH Joyokusumo yang mewakili Sultan mempersilahkan Majelis Mujahidin untuk lebih mensosialisasikan dakwah dan jihad di Yogyakarta sehingga Islam Rahmatan lil Alamien bisa benar-benar terwujud di Yogyakarta. Insya Allah!
(M Fachry/arrahmah.com)