TOLIKARA (Arrahmah.com) – Kepala Dinas Sosial Tolikara La Bansi menyampaikan bahwa sebagian besar mata pencaharian warga Tolikara adalah sebagai petani.
“Bahkan bisa dikatakan 90 persen adalah petani,” kata La Bansi kepada JITU di rumah dinas Tolikara, Ahad (26/07/2015).
Warga Tolikara, lanjut La Bansi, dalam bertani pada umumnya menanam ubi jalar, dan sayur-sayuran seperti wortel, kol, sawi, buncis dan lain sebagainya.
Selain petani, kata La Bansi, ada juga Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang mana presentari pegawai dari aparatur putra daerah Tolikara sendiri lebih banyak dibandingkan dengan pegawai negeri yang merupakan para pendatang.
“Buktinya ada 60 persen pegawai itu warga pribumi Tolikara. Sementara 40 persen itu dari warga pendatang,” kata La Bansi.
La Bansi menambahkan, selain PNS dan petani, ada juga warga yang beragang. Dari korban 64 kios yang terbakar itu, ada sekitar 10 kios milik warga asli Tolikara. Sementara yang lainnya merupakan milik warga pendatang.
Selain itu, La Bansi mengatakan, secara umum dampak dari pasca terjadinya pembakaran puluhan kios oleh massa dari peserta Kebaktian Kebangunan Ruhani (KKR) Seminar Internasional Gereja Injili di Indonesia (GIDI) saat Idul Fitri 1436 H itu, menyebabkan perekonomian warga Tolikara menurun.
“Pasca tragedi pembakaran puluhan kios perekonomian Tolikara menurun,” pungkas La Bansi.*
(azmuttaqin/arrahmah.com)