BUDAPEST (Arrahmah.com) – Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban memperingatkan pada Kamis (3/9/2015) bahwa gelombang pengungsi dan migran yang datang ke Eropa dan kebijakan imigrasi Uni Eropa yang gagal bisa mengancam identitas Kristen di benua itu.
Orban mengatakan bahwa sebagian besar para pengungsi itu adalah ummat Islam, bukan orang Kristen.
“Kita tidak boleh lupa bahwa mereka yang datang ke sini itu telah dibesarkan dalam agama yang berbeda dan mewakili budaya yang sangat berbeda,” tulis pemimpin konservatif itu, yang sedang berkunjung ke Brussels pada Kamis (3/9), sebagaimana dilansir oleh World Bulletin.
“Mayoritas mereka adalah bukan orang Kristen tapi Muslim. Itu adalah pertanyaan penting karena Eropa dan budaya Eropa memiliki akar Kristen.”
Orban membela keputusan kontroversial pemerintah Hungaria untuk membangun pagar di sepanjang perbatasan Serbia dalam upaya untuk menghentikan dan menghambat masuknya orang yang melarikan diri dari perang dan penderitaan.
“Rakyat menginginkan kita mengendalikan situasi dan melindungi perbatasan kita,” tulisnya.
“Ketika kita telah melindungi perbatasan kita, kita bisa mengajukan pertanyaan tentang jumlah orang yang bisa diijinkan masuk, atau apakah harus ada kuota.”
Dia menambahkan bahwa, “cukup menyedihkan, selain Hungaria – atau orang-orang Spanyol -. Tidak ada yang ingin melindungi perbatasan Eropa.”
“Pagar perbatasan yang dibangun oleh Hungaria adalah penting. Kami tidak melakukan itu untuk bersenang-senang, tapi karena itu perlu untuk dilakukan.” Ungkapnya.
Di Brussels, Presiden Uni Eropa Donald Tusk bereaksi terhadap apa yang dikatakan oleh Orban tersebut. Donald Tusk mengatakan bahwa “bagi saya Kekristenan dalam kehidupan publik dan sosial berarti kewajiban untuk membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan”.
“Mengacu kepada agama Kristen dalam debat publik tentang migrasi seharusnya berarti kemanusiaan untuk saudara-saudara kita (dan) kesiapan untuk menunjukkan solidaritas.”
(ameera/arrahmah.com)