ANKARA (Arrahmah.id) – Perdagangan antara Turki dan ‘Israel’ terus berlanjut melalui negara ketiga seperti Yunani, meskipun ada keputusan Ankara untuk menghentikan perdagangan langsung dengan Tel Aviv karena invasi Rafah pada Mei, menurut data yang dirilis pada Kamis (20/6/2024).
Angka dari Biro Pusat Statistik (CBS) ‘Israel’ mengungkapkan bahwa ‘Israel’ mengimpor barang senilai $116 juta dari Turki pada Mei, menandai penurunan sebesar 69 persen dari $377 juta pada bulan yang sama tahun lalu.
Sebaliknya, Majelis Eksportir Turki (TIM) mencatat hanya barang yang diekspor ke ‘Israel’ senilai $4 juta pada Mei, turun lebih dari 99 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Namun, dua pengusaha Turki yang memfasilitasi perdagangan antara Turki dan ‘Israel’ memberi tahu Middle East Eye bahwa sejak awal Mei, barang-barang Turki telah dialihkan melalui Yunani dan negara-negara terdekat lainnya untuk mencapai ‘Israel’.
Pergeseran ini menyusul pernyataan Ankara yang memberlakukan larangan total perdagangan terhadap ‘Israel’ sampai gencatan senjata permanen di Gaza tercapai.
“Pihak berwenang ‘Israel’ bahkan tidak meminta perusahaan-perusahaan Turki untuk mengubah sertifikat asal mereka untuk mengekspor kembali barang-barang tersebut melalui Yunani karena hal itu akan semakin meningkatkan biaya, jadi itu adalah produk Turki,” kata seorang pengusaha Turki kepada MEE.
“Produk berlabel putih dengan label Ibrani diprioritaskan, namun segala jenis barang dikirim ke ‘Israel’, terutama yang dipesan sebelum embargo perdagangan.”
Lonjakan ekspor ke Yunani
Dunia usaha lebih memilih Yunani karena kedekatannya dengan basis industri Turki dan pilihan pengiriman yang relatif lebih murah ke ‘Israel’.
Data TIM menunjukkan bahwa ekspor Turki ke Yunani melonjak menjadi $375 juta pada Mei, naik 71 persen dari $219 juta pada bulan yang sama tahun lalu.
Data ‘Israel’ pada Mei tidak menunjukkan peningkatan kuantitas impor dari Yunani, meskipun Turki melakukan re-ekspor.
Pengusaha Turki kedua menjelaskan bahwa ekspor Turki, meski melewati Yunani, tetap tercatat sebagai impor dari Turki dalam statistik ‘Israel’ karena tetap merupakan produk Turki.
Murat Yapici, manajer umum konsultan My Advisor, mengatakan kepada MEE bahwa catatan ‘Israe’l lebih akurat mencerminkan perdagangan bilateral karena didasarkan pada asal barang, bahkan jika barang tersebut datang melalui negara ketiga seperti Yunani.
“Perdagangan paralel ini mungkin berlanjut selama beberapa bulan lagi, namun perusahaan-perusahaan ‘Israel’ dengan cepat menyelaraskan diri dengan pemasok alternatif di negara-negara lain seperti Mesir, Spanyol, dan Italia,” kata pengusaha kedua. “Turki adalah eksportir bersih ke ‘Israel’, dan kami sekarang menghadapi hilangnya pasar tersebut.”
Volume perdagangan antara kedua negara mencapai $6,3 miliar pada 2023, dengan 76 persennya merupakan ekspor Turki, menurut Institut Statistik Turki. Turki telah menjadi pemasok utama produk-produk yang terjangkau bagi ‘Israel’.
Dampaknya terhadap bisnis Turki
Menyusul kekalahan besar dalam pemilu lokal di Turki pada Maret, pemerintahan Turki pimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan semakin mengintensifkan kritiknya terhadap ‘Israel’ dan mengambil serangkaian tindakan terhadap pemerintahan Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu.
Pemerintah menilai kebijakan yang sebelumnya seimbang mengenai Palestina dan Gaza telah berdampak negatif terhadap pemilih intinya, yaitu umat Islam taat yang khawatir dengan invasi Israel yang sedang berlangsung di Gaza.
Komunitas bisnis Turki berempati dengan penderitaan Palestina, dan beberapa di antaranya menggambarkan tindakan ‘Israel’ di Gaza sebagai genosida. Namun, mereka menganggap penghentian perdagangan sepenuhnya tidak masuk akal.
“Kami bersimpati dengan keputusan pemerintah, tapi ini adalah pilihan politik. Pemerintahan lain hanya akan membatasi perdagangan yang dapat memiliki kegunaan ganda dalam perang,” kata pengusaha pertama.
“Sebaliknya, kami menghukum semua bisnis yang melakukan perdagangan dengan ‘Israel’ bahkan tanpa masa tenggang. Beberapa barang tertahan di bea cukai, mengakibatkan kerugian ratusan ribu bagi perusahaan.” (zarahamala/arrahmah.id)