MANILA (arrahmah) – Pasukan keamanan Filipina diletakkan dalam keadaan berjaga-jaga kemarin menyusul satu cobaan membunuh Presiden Gloria Macapagal Arroyo.
Pengumuman mengenai cobaan bunuh itu dibuat sehari sebelum lawan politik Arroyo mengadakan satu protes besar-besaran untuk menuntut peletakan jabatan beliau berhubung dakwaan korupsi yang dikaitkan dengan keluarganya.
Ketua Keamanan Arroyo, Brigadir Jendral Romeo Prestoza, berkata percobaan itu dirancang oleh kumpulan “Jamaah Islamiah” dan Abu Sayyaf.
“Bukan saja presiden, ada juga sasaran lain,” katanya sambil menambah Arroyo diberitahu mengenai ancaman itu menyebabkan beliau membatalkan satu jadwal kunjungan ke kota peranginan di utara, Baguio.
“Jika mereka mau melakukannya mereka boleh lakukan kapan-kapan saja,” kata Prestoza.
Kata dia, cobaan itu tidak ada kaitan dengan perhimpunan pemberontak di Makati, Manila yang juga dirancang hari ini.
Ketua pasukan bersenjata, Jeneral Hermogenes Esperon berkata, cobaan itu menjadi alasan untuk meletakkan pasukan bersenjata Filipina dalam keadaan bersiap sedia.
Menurut dia, kumpulan Abu Sayyaf dan Jamaah Islamiah juga merancang menyerang kawasan sasaran bernilai tinggi di sekitar Manila. Kedua kumpulan itu diduga menjalankan operasi di pulau selatan Mindanao dan dituduh terkait dalam serangan di Filipina beberapa tahun lalu.
Jurubicara tentara, Kapten Carlo Ferrer kemarin, berkata mereka menerima laporan intelijen berlainan, kumpulan pemberontak komunis Tentera Rakyat Baru (NPA) mungkin terkait dalam unjuk rasa hari ini dan akan mencetuskan kekerasan.
Dia berkata, laporan intelijen juga mendapati perhimpunan tersebut mungkin akan disabotase oleh pemberontak itu.
Pengkritik Arroyo menyampaikan protes di Manila mendesak peletakan jabatan presiden berikutan dakwaan suami dan rekan politiknya coba mendapatkan imbalan dari telekomunikasi China. [afp/fad/arrahmah.com]