PRANCIS (Arrahmah.com) – Surat Kabar Prancis Libération telah mencetak transkrip percakapan yang panjangnya 173 halaman, antara As Syahid (insyaAllah) Muhammad Merah dan polisi Prancis pada saat detik-detik kesyahidan Merah.
Dalam kutipan yang dilansir BBC, Merah yang telah menembak mati tujuh orang, empat murid Yahudi dan tiga tentara Prancis, menggambarkan bagaimana ia merasa tenang setelah melakukan aksinya itu.
Percakapan itu direkam saat Merah dikepung oleh polisi Prancis di rumahnya di Toulouse untuk menyerahkan diri, namun Merah tetap teguh tak mau menyerahkan diri hingga akhirnya ia ditembak.
Pada saat itu, Merah berusaha menjelaskan kepada polisi tentang apa yang mendorongnya membunuh tujuh Yahudi itu, Merah menjelaskan bahwa ia ingin membalas apa yang dilakukan orang-orang Yahudi di tanah kaum Muslimin.
“Saya memiliki sasaran yang tepat dalam memilih korban saya. Saya tidak akan pernah membunuh anak-anak jika kalian tidak membunuh anak-anak kami,” kata Merah, dalam kutipan transkrip itu.
“Saya membunuh tentara-tentara di Prancis karena di Afghanistan mereka membunuh saudara-saudara saya. Saya membunuh orang-orang Yahudi karena orang-orang sesama Yahudi membunuh orang-orang tak berdosa di Palestina,” tegas Merah.
“Jika Saya telah membunuh warga sipil, orang-orang Prancis akan berkata, ‘dia hanyalah seorang teroris gila dari al-Qaeda.'”
Merah juga mengungkapkan kepada para polisi Prancis bahwa, awalnya pembunuhan pertama terasa sulit tetapi kemudian aksi itu membuatnya tenang.
Merah berkata, “Dan karena hati saya menjadi tenang, Saya ingin melakukannya kembali, dan setiap saya menyerang kembali, saya merasa lebih baik dan lebih baik lagi.”
Surat kabar itu melaporkan bahwa publikasinya adalah legal dengan tujuan untuk mengkritik para polisi.
Sebelumnya, sebuah saluran televisi, TF1, menyiarkan audio percakapan Merah.
Namun, penyiaran percakapan Merah dan polisi dianggap melanggar kerahasiaan penyelidikan, dan membuat keluarga korban marah dan akan berusaha memblokir penyebaran lebih jauh lagi. Polisi akan melakukan penyelidikan bagaimana saluran televisi tersebut mendapatkan rekaman percakapan.
Menteri Dalam Negeri Prancis Manuel Valls juga mengutuk keputusan membocorkan percakapan itu, mengatakan bahwa itu menjunjukkan kurangnya penghormatan terhadap keluarga para korban. (siraaj/arrahmah.com)