RIYADH (Arrahmah.id) — Terjadi perbedaan pandangan di kalangan astronom Arab dan Muslim serta lembaga astronomi terkait dengan hari pertama perayaan Idul Fitri tahun ini.
Sebagian dari mereka mengatakan bahwa Idul Fitri akan jatuh pada Jumat (21/4/2023), sebagian lagi mengatakan bahwa Idul Fitri jatuh pada Sabtu (22/4), dan ini didasarkan pada perhitungan astronomis masing-masing. Gerhana matahari dan beberapa faktor lain dikaitkan dengan ini.
Dalam situasi seperti ini, hanya penampakan bulan sabit Syawal dalam cuaca cerah pada Kamis malam-lah (20/4) yang akan mengakhiri kontroversi. Prakiraan astronomi menunjukkan kemungkinan bahwa hari pertama Idul Fitri atau 1 Syawal akan jatuh pada Jumat (21/4), bertepatan dengan 21 April, sehingga Ramadhan tahun ini hanya berjumlah 29 hari.
Namun, ada fenomena astronomi yang akan terjadi di banyak negara di dunia pada malam nanti, yaitu gerhana matahari total, yang mana dapat menyebabkan terhalangnya penglihatan bulan sabit dengan mata telanjang atau dengan teleskop.
Dalam kasus seperti itu, bulan Ramadhan akan selesai, dengan puasa digenapkan 30 hari, sehingga Idul Fitri akan jatuh pada Sabtu, 22 April.
Mahkamah Agung Arab Saudi Jumat lalu (13/4) meminta semua Muslim di negara itu untuk mencari bulan sabit Syawal pada Kamis malam, tanggal 29 Ramadhan, bertepatan dengan tanggal 20 April, menurut kalender Umm Al-Qura.
Mahkamah Agung mendesak mereka yang melihat bulan sabit dengan mata telanjang atau melalui teropong untuk memberi tahu pengadilan terdekat untuk mendaftarkan kesaksian mereka di sana atau menghubungi pusat kota terdekat sehingga dapat memberi tahu pengadilan terdekat.
Lembaga Riset Astronomi dan Geofisika Nasional (NRIAG) di Mesir pada Senin (17/4) mengatakan berdasarkan perhitungannya bahwa Idul Fitri akan jatuh pada Jumat, 21 April. NRIAG mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Kamis, 20 April, akan menjadi hari terakhir bulan suci Ramadhan, dan Jumat akan menjadi hari pertama Syawal.
Lembaga tersebut membantah dampak dari gerhana matahari pada penampakan bulan sabit Syawal. Gerhana matahari akan disaksikan dunia pada Kamis (20/4) pukul 03.34 waktu setempat Kairo. Ini adalah saat di mana bulan akan sepenuhnya menutupi matahari. Gerhana akan memakan waktu sekitar 5:25 menit dari awal hingga akhir.
Gad El-Qady, Ketua NRIAG, mengatakan awal bulan Syawal tahun Hijriah 1444 Hijriyah ini jatuh pada Jumat, 21 April. Dia mengatakan bahwa bulan sabit baru tetap berada di langit Makkah selama 23 menit, dan di Kairo selama 27 menit setelah matahari terbenam pada hari itu, dan di provinsi Mesir, bulan sabit baru tetap berada di langitnya selama beberapa waktu, berkisar antara 24-29 menit.
Dia menunjukkan bahwa di ibu kota dan kota Arab serta Islam lainnya, bulan sabit baru tetap ada setelah matahari terbenam pada hari itu untuk periode berkisar antara 10-35 menit.
El-Qady mengatakan bahwa ini terjadi setelah pengumuman International Astronomical Center (IAC) sehubungan dengan penampakan bulan sabit Syawal.
IAC menyatakan bahwa tidak ada kemungkinan untuk melihat bulan sabit Syawal pada Kamis, 29 Ramadhan, bertepatan dengan 20 April, dan karenanya Idul Fitri bisa jatuh pada Sabtu, 22 April. Badan astronomi yang berbasis di Abu Dhabi mengatakan dalam sebuah pernyataan di akun Twitter-nya bahwa prediksinya didasarkan pada informasi astronomi dan tanggal pasti Idul Fitri hanya akan dikonfirmasi oleh otoritas terkait berdasarkan penampakan hilal.
Penampakan bulan sabit pada Kamis malam sangat sulit karena membutuhkan teleskop yang tepat, pengamat profesional, dan kondisi cuaca yang luar biasa.
“Melihat bulan sabit pada hari Kamis tidak mungkin dilakukan dengan mata telanjang dari manapun di dunia Arab dan Islam.
“Melihat bulan sabit pada hari Kamis tidak mungkin dilakukan dengan teleskop di sebagian besar negara Arab, dengan pengecualian sebagian Afrika Barat mulai dari Libya, dan oleh karena itu hari Sabtu kemungkinan besar akan menjadi hari pertama Idul Fitri,” katanya dalam pernyataan pers
Penglihatan tetap sangat sulit dan membutuhkan teleskop yang akurat, pengamat profesional, dan kondisi cuaca yang luar biasa, kata pusat tersebut.
Disebutkan bahwa kombinasi dari faktor-faktor ini jarang terjadi, dan oleh karena itu bulan sabit diperkirakan tidak akan terlihat bahkan dengan menggunakan teleskop dari manapun di dunia Arab.
IAC menyatakan bahwa karena kemungkinan melihat bulan sabit dengan teleskop dari beberapa bagian dunia Islam pada Kamis, dan karena terjadinya konjugasi sebelum matahari terbenam, dan terbenamnya bulan setelah matahari terbenam di semua wilayah dunia Islam, diperkirakan mayoritas negara dunia Islam akan mengumumkan awal bulan Syawal pada Jumat.
Adapun negara-negara yang hanya membutuhkan penglihatan yang benar dengan mata telanjang atau penglihatan lokal yang benar dengan teleskop, mereka diharapkan untuk tetap menjalankan puasa hingga 30 hari, dan karenanya Idul Fitri akan jatuh pada Sabtu untuk mereka, jelas pusat tersebut.
Sementara itu, astronom Saudi Dr. Abdullah Al-Misnid mengatakan bahwa ketika bulan Hijriah selesai dengan 30 hari, menurut penanggalan Umm Al-Qura, kita mengetahui terlebih dahulu waktu memasuki dan mengakhiri bulan 100 persen, dan kita yakin bahwa itu sebenarnya 30 hari, karena perhitungan astronomi sudah pasti.
“Bila bulan itu 29 hari menurut penanggalan Umm Al-Qura, seperti halnya Ramadhan saat ini, tidak ada yang tahu pasti bahwa bulan itu benar-benar 29 atau 30 hari,” jelasnya.
Al-Misnid mengatakan bahwa tidak ada yang bisa 100 persen yakin bahwa bulan Ramadhan 1444 akan menjadi 29 hari atau 30 hari, sampai menit pertama matahari terbenam pada tanggal 29 Ramadhan, ketika hasil penampakan bulan sabit keluar.
“Barangsiapa yang menyatakan bahwa Ramadhan memiliki 29 hari, dia mengandalkan perhitungan astronomi dan bukan pada visi Syariah, dan mereka mungkin bertepatan, seperti yang terjadi berkali-kali, dan mungkin tidak bertepatan, seperti yang terjadi berkali-kali juga.
“Dengan demikian, penetapan hari raya Idul Fitri tetap ditangguhkan antara Jumat dan Sabtu hingga matahari terbenam pada Kamis,” imbuhnya.
Adapun astronom terkemuka Saudi Abdullah Al-Khudairi, penasihat di observatorium astronomi di Al-Majmaah, dia menegaskan bahwa faktor cuaca cerah adalah yang akan menyelesaikan kontroversi melihat bulan sabit Syawal pada Kamis.
Dalam serangkaian tweet di akun Twitter-nya, dia menjelaskan bahwa penampakan bulan sabit setelah matahari terbenam pasti berpengaruh, dan semakin lama bulan sabit bertahan, semakin mudah untuk melihat jika cuaca cerah.
Kadang-kadang ada yang tinggal lama dan penampakan tidak dilakukan karena cuaca, dan kadang-kadang tinggal pendek dan meskipun demikian, penglihatan itu mungkin.
Al-Khudairi menunjukkan bahwa bulan sabit tetap pada Kamis malam, 29 Ramadhan, setelah matahari terbenam di lokasi Observatorium Astronomi Universitas Majmaah, yang terletak di Hawtat Sudair, selama 24 menit, dan penampakan bulan sabit tergantung pada faktor kejelasan cuaca.
Sedangkan pada Jumat, hari pertama Syawal secara matematis, bulan sabit akan tinggal 85 menit setelah matahari terbenam, dan dapat dilihat dari dalam kota-kota Saudi. (zarahamala/arrahmah.id)