JAKARTA (Arrahmah.com) – Ajaran Syiah yang sesat dan menyesatkan penuh dengan tipu muslihat, fitnah, dan kerancuan. Cara-cara Syiah menyebarkan ajaran sesatnya yaitu dengan memutarbalikkan fakta, memanipulasi sejarah, menggunakan riwayat-riwayat palsu, kisah-kisah dusta, berita-berita bohong, dan logika yang salah kaprah.
Kaum Syiah juga begitu memanfaatkan berbagai media untuk menyebarkan ajaran sesat mereka. Selain begitu banyaknya situs sesat yang membela ajaran Syiah dan mempropagandakan dogma-dogma Syiah, ternyata telah ditemukan pula tersiarnya lagu-lagu Syiah yang begitu “merakyat”.
Lagu berjudul “Yaa Thaybah” yang dibawakan oleh penyanyi Hadad Alwi yang sempat menjadi lagu yang begitu populer pada tahun 90-an adalah salah satunya. Pada saat itu, banyak masyarakat Muslim Indonesia yang gemar memutar dan mendengarkan lagu yang terkesan Islami ini.
Masyarakat awam yang tidak sepenuhnya memahami arti lagu ini seakan begitu dibuai dengan nafas religi yang dimasukkan ke dalam lagu ini.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya rahasia terselubung di dalam lagu ini pun terkuak. Dewasa ini, pada zaman melek bahaya Syiah ini, terbongkarlah segala propaganda Syiah yang terselubung itu. Begitu pula dengan lagu-lagu yang disyiarkan oleh Hadad Alwi.
Dibalik lagu “Yaa Thaybah” ini diketahui ada kultus dan penuhanan kepada ‘Ali bin Abi Thalib radhiallahuanhu, serta berlebih-lebihan dalam memuji Hasan dan Husain. Tidak heran, terjemahan makna lagu ini sangat jarang ditemukan pada masa populernya.
Bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memang sering diputar makna permukaannya saja, namun jika difahami dalam kaidah ‘arabnya bermakna pemujaan kepada ‘Ali, Hasan, dan Husain. Kini telah banyak beredar di internet postingan-postingan yang mengungkap rahasia di balik lagu ini.
Sementara itu, sebagaimana kita ketahui bahwa Syaikh Misyari Rasyid Alafasy juga mengeluarkan album “Yaa Thaybaa”. Syaikh Misyari Rasyid sendiri merupakan seorang Ahlussunnah yang sangat membenci Syiah.
Maktabah Islam Zulfan Afdh mengungkapkan pemujaan kepada Ali bin Abi Thalib, Hasan dan Husein bin Ali radhiallahu anhum begitu kental ditemukan dalam lagu “Yaa Thaybah” yang dibawakan Hadad Alwi. Hal ini jauh berbeda dengan yang dibawakan oleh Syaikh Misyari Rasyid. Berikut ulasan titik celah perbedaan dari kedua lagu ini.
Pertama, mari kita simak lirik lagu “Yaa Thaybah” versi Syiah yang dibawakan oleh Hadad Alwi berikut:
يَا طَيْبَة يَا طَيْبَة يَا دَوَالْعيَا نَا
اِشْتَقْنَا لِكْ وَالْهَوَى نَادَانَا، وَالْهَوَى نَادَانَا
Yaa thaybah, yaa thaybah, yaa dawal’ayanaa
Isytaqnaa lika wal hawaa nadaana, wal hawa nadaana
يَا عَلِىَّ يَاابْنَ اَ بِى طَا لِبْ
مِنْكُمُ مَصْدَرُ المَوَا هِبْ
يَا تُرَ ى هَلْ ءُرَى لِى حَاجِبْ
عِنْدُكُمْ اَفضَلُل الغِلمَاَنَ اَفضَلُل الغِلمَاَ نَ
Yaa ‘aliy yaa ibna abi thalib
Minkumu mashdarul mawahib
Yaa tura hal ura liy haajib
‘Indakum afdhalul ghilmana, afdhalul ghilmana
اَسْيَادِي الْحَسَنْ وَالحُسيْنِ
اِلَى النَّبِيِ قُرَّ ةْ عَيْنِ
يَا شَبَا بَ الجَنَّتَيْنِ
جَدُّكُمْ صَا حِبُ القُرْ آنَ صَا حِبُ القُرْ آنَ
Asyadiy alhasan wal husaini
Ila annabiy qurrata ‘aini
Yaa syababal jannataini
Jaddukum shahibul qurana, shahibul qurana.
Versi audio visualnya:
Berikutnya, mari kita simak lirik lagu “Yaa Thaybah” Syaikh Misyari Rasyid Alafasy berikut:
يا طيبة يا طيبة يا دوا العيانا
اشتقنالك والهوى نادانا
Ya Taiba Ya Taiba Ya Dawal Aiyyaana
Shtiknaa Lak Wilhawana Daana
Wilhawana Daana
لما سار المركب ناساني
سار والدمع ماجفاني
Lammasaa Rilmarkabnaa Saani
Saaru-ul Dam-ai Maa-Ja-Faani
أخذوا قلبي مع جناني
يا طيبة يا تيم الولهانا
Aakhazu Kalbi Ma Jinaani
Ya Taiba Yaati Malwal Haana
Yaati Malwal Haana
قبلتي بيت الله صابر
علني يوما لكِ زائر
Qiblaati Baitullahi Saabir Al-Laani Yaumal-Laki Zaayeer
ياتُرى هل تراني ناظر
للكعبة وتغمرني بأمانا
Ya Turah Haltaraani Naazir Lilkaaba Tug Murnib Aamaana
Wa Tug Murnib Aamaana
نبينا أغلى أمنياتي
أزورك لو مرة بحياتي
Nabina Agla Um-Nniyaati
Azur-rak Lov Mar-Rab Hayaati
وبجوارك صلي صلاتي
وأذكر ربي وأتلو القرآنا
Wab-Jiwa-Rak Salli Salaati Wazkur Raab-bi-wat-lul Quraa’na
Wat-lul Quraa’na
بُشراكِ المدينة بشراكِ
بقدوم الهادي يا بشراكِ
Bushraki-il Madina Bushraki
Bi-Kudumil-Haadi Ya Bushraki
فهل لي مأوى في حماكِ
أتمنى فالنور سبانا
نوركم سبانا
Fa Haal-Li Maawa Fihi Maaki Ataman-Na Fan-Nooru Sabaana
Nooru-Kum Sabana
Versi audio visualnya:
Lalu, mengapa lagu Hadad Alwi disebut versi Syiah?
Lagu “Yaa Thaybaa versi Hadad Alwi merupakan lagu Syiah yang sangat mengkultuskan Ali, Hasan dan Husein. Sebagai acuan, berikut ini video “Yaa Thaybaa” asli dari agama Syiah:
Selain itu, ada batu karbala pada video klip “Yaa Thaybah” lainnya pada menit 2:49. Batu karbala adalah atribut yang digunakan oleh penganut Syiah ritual mereka. Berikut video klipnya:
Batu karbala terlihat dalam video klip pada menit ke 2:49 berikut:
Mengapa lagu ini terlarang bagi umat Islam?
Lagu “Yaa Thaybah” versi Syiah dan Hadad Alwi terkontaminasi dengan bentuk kesyirikan dan ghuluw. Syirik karena memuji Ali, Hasan dan Husein radhiallahu anhum melebihi taraf normal sampai pada titik pengagungan laksana Tuhan. Ghuluw karena sastra yang dibawakan tidak seharusnya disandarkan kepada manusia.
Di mana letak penuhanannya?
Ada pada 3 kalimat berikut:
Pertama,
يَا دَوَالْعيَا نَا
اِشْتَقْنَا لِكْ وَالْهَوَى نَادَانَا، وَالْهَوَى نَادَانَا
Yaa dawal’ayanaa
Wal hawaa nadaana, wal hawa nadaana
Artinya:
Wahai penyejuk mata kami. Kami telah merindukanmu dan hawa itu telah memanggil kami, dan hawa itu telah memanggil kami.
Kedua,
يَا عَلِىَّ يَاابْنَ اَ بِى طَا لِبْ
مِنْكُمُ مَصْدَرُ المَوَا هِبْ
Yaa ‘aliy yaa ibna abi thalib
Minkummashdarul mawahib
Artinya:
Wahai Ali,wahai putera Abi Thalib darimu lah sumber keutamaan.
Ketiga,
يَا تُرَ ى هَلْ ءُرَى لِى حَاجِبْ
Yaa tura hal ura liy haajib
Artinya:
Wahai engkau yang dilihat (maksudnya ‘Ali pada baris sebelumnya), apakah tirai menjadi penghalang bagiku (dari melihatmu).
Sungguh jika dilihat pada tiga kalimat di atas, nyatalah mereka kufur kepada Allah. Tidak ada kerinduan mereka kepada Allah, mereka tidak ingat kepada Allah ketika mengucapkan kalimat-kalimat itu. Seakan-akan semua hidup dan mati hanya dipersembahkan untuk keluarga ‘Ali dengan melupakan Allah.
Bagaimanapun, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu adalah manusia biasa, bukan Tuhan. Di dalam nyanyian itu sampai disanjung sebegitu, dianggap, dari Ali lah sumber anugerah-anugerah atau bakat-bakat atau keutamaan-keutamaan. Ini sangat berlebih-lebihan alias ghuluw.
Rasulullah Shalallahu alaihi wassallam bersabda: “Jauhilah olehmu ghuluw (berlebih-lebihan), karena sesungguhnya rusaknya orang sebelum kalian itu hanyalah karena ghuluw –berlebih-lebihan– dalam agama.” (HR Ahmad, An-Nasaai, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, dari Ibnu Abbas, Shahih)
Bahkan Nabi Shallallahu alaihi wassallam sendiri melarang kita, umatnya, agar jangan terlalu berlebihan memuji dan memuja diri beliau. Pada diri beliau yang mulia saja terlarang, apalagi pada diri orang lain, tentu hal itu dilarang keras. Beliau bersabda:
“Janganlah kalian memuji/menyanjung aku secara berlebihan, sebagaimana kaum Nasrani menyanjung Isa bin Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka katakanlah ‘hamba Allah dan Rasul-Nya” (HR. Al-Bukhari (no. 3445), at-Tirmidzi dalam Mukhtasharusy Syamaa-il al-Mu-hammadiyyah (no. 284), Ahmad (I/23, 24, 47, 55), ad-Darimi (II/320) dan yang lainnya, dari Sahabat ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu)
Telah bercerita kepada kami Al Humaidiy telah bercerita kepada kami Sufyan berkata, aku mendengar Az Zuhriy berkata, telah mengabarkan kepadaku ‘Ubaidullah bin ‘Abdullah dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhu bahwa dia mendengar ‘Umar radliallahu ‘anhu berkata di atas mimbar, “Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda: ‘Janganlah kalian melampaui batas dalam memujiku (mengkultuskan) sebagaimana orang Nashrani mengkultuskan ‘Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah hamba-Nya, maka itu katakanlah ‘abdullahu wa rasuuluh (hamba Allah dan utusan-Nya”). (HR. Bukhari)
Rasulullah, wahai orang yang terbaik di antara kami dan putera orang yang terbaik di antara kami! Wahai sayyid kami dan putera sayyid kami!’ Maka seketika itu juga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Wahai manusia, ucapkanlah dengan yang biasa (wajar) kalian ucapkan! Jangan kalian terbujuk oleh syaithan, aku (tidak lebih) adalah Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak suka kalian mengangkat (menyanjung)ku di atas (melebihi) kedudukan yang telah Allah berikan kepadaku.” (HR. Ahmad (III/153, 241, 249), an-Nasa-i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah (no. 249, 250) dan al-Lalika-i dalam Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlussunnah wal Jamaa’ah (no. 2675). Sanadnya shahih dari Sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu anhu)
Ali radhiallahu anhu sendiri pernah disikapi seperti itu. Abdullah bin Saba’, pendeta Yahudi dari Yaman yang pura-pura masuk Islam, bekata kepada Ali: “Engkau lah Allah”. Maka Ali bermaksud membunuhnya, namun dilarang oleh Ibnu Abbas. Kemudian Ali cukup membuangnya ke Madain (Iran). Dalam riwayat lain, Abdullah bin Saba’ disuruh bertaubat namun tidak mau. Maka ia lalu dibakar oleh Ali (dalam suatu riwayat). (lihat Rijal Al-Kusyi, hal 106-108, 305; seperti dikutip KH Drs Moh Dawam Anwar, Mengapa Kita Menolak Syi’ah, LPPI Jakarta, cetakan II, 1998, hal 5-6)
Rupanya antek-antek Abdullah bin Saba’ kini berleluasa menyebarkan missinya. Kelompok yang oknum-oknumnya diakui sebagai para pendukung tersebarnya aliran sesat di Indonesia itu juga merupakan kelompok yang ghuluw dalam menyanjung Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Contohnya adalah nyanyian mereka dalam pengajian-pengajian yang dikenal dengan nyanyian Ya Robbi bil Mushtofaa yang juga salah satu lagunya Hadad Alwi.
Adakah fatwa Ulama tentang lagu ini?
Tentang lagu ini sudah dikomentari oleh Syaikh Sholih Ibn Sa’ad Al-Suhaimi dan Syaikh Ubad Al-Jabri yang dapat dibaca di http://alfirqatunnajiyyah.blogspot.com/2012/02/yaa-thoybah.html
Selain lagu “Yaa Thaybah” ini, lagu-lagu Hadad Alwi yang lainnya juga banyak mengandung unsur Syiah seperti “Ya Rabbibil Mustafa”, “Ummiy”, dan bahkan dalam videonya juga terdapat batu karbala yang digunakan sebagai atribut ritual Syiah sebagaimana dalam video klip “Yaa Thaybah” di atas. Wallahu’alam.
(banan/arrahmah.com)