(Arrahmah.com) – Banyaknya para Muhajirin (orang-orang yang berhijrah) dari negara-negara barat ke Suriah untuk berjihad, menjadi hal unik tersendiri dalam jihad di Suriah.
Perbedaan bahasa mungkin terlihat menjadi kendala besar bagi Mujahidin di medan tempur Suriah yang penduduknya berbahasa Arab, namun nyatanya tidak.
VICE News, mempublikasikan video eksklusif pada November 2013 yang merekam liputannya saat mewawancarai beberapa Mujahidin Suriah yang tergabung dalam barisan Jabhah An-Nushrah dan Daulah Islam Irak dan Syam (ISIS), yang di antaranya adalah para pemuda berkebangsaan Eropa.
Salah seorang pemuda asal Inggris misalnya, pemuda berusia 26 tahun ini amat terlihat logat Inggris-nya sehingga mudah dikenali bahwa ia bukan orang Arab.
“Dari mana asalmu?” tanya wartawan VICE News dengan bahasa Inggris.
“Saya dari Inggris Raya,” jawab pemuda itu.
“Berapa umurmu?” tanya lagi wartawan. “Saya 26 tahun,” jawab Mujahid muda itu.
“Mengapa anda di sini?” tanya wartawan. “Saya di sini untuk membantu kaum Muslimin di Suriah untuk berjihad dan mengangkat bendera Laa Ilaha Illallah,” tegasnya.
Selain itu, VICE News juga bertemu dengan seorang pemuda Muslim Perancis yang tidak mengerti bahasa Arab.
Saat wartawan bertanya dalam bahasa Arab untuk memperkenalkan dirinya, ia tidak bisa menjawab dalam bahasa Arab tetapi bisa berbahasa Inggris.
Yang menarik adalah, mereka (Mujahidin) memiliki penerjemah beberapa bahasa asing (non-Arab) untuk berkomunikasi dengan para Mujahidin yang berasal dari negeri barat sehingga perbedaan bangsa dan bahasa tidak menjadi hambatan dalam jihad di Suriah, namun saat operasi militer berlangsung hanya satu bahasa yang digunakan oleh komandan mereka.
“Kami memiliki seseorang yang bisa berbahasa Perancis, seorang penerjemah,” kata seorang Mujahid dengan bahasa Arab, ketika ditanya bagaimana ia dapat memahami bahasa pemuda Perancis itu.
“Kami juga memiliki penerjemah bahasa Rusia dan juga penerjemah bahasa Inggris, kami memiliki penerjemah bahasa Belanda,” tambahnya.
Saat ditanya bagaimana berkomunikasi di front pertempuran. Mujahid itu menjawab, “Amir harus berbicara dalam bahasa yang sama di unitnya.”
(siraaj/arrahmah.com)