GAZA (Arrahmah.id) — Puluhan ribu warga Gaza yang menyemut sepanjang jalan utama menuju utara Gaza sejak Senin (25/1/2025) bersorak sorai setelah perbatasan menuju Gaza dibuka. Mereka gembira karena dapat kembali ke rumah setelah berbulan-bulan tinggal di penampungan sementara.
Kepulangan mereka, yang sempat tertunda pada akhir pekan lalu, berlanjut setelah kelompok perlawanan Palestina Hamas setuju untuk menyerahkan tiga sandera Israel pada akhir pekan ini dan pasukan Israel mulai menarik diri dari koridor utama di daerah kantong di bawah ketentuan kesepakatan gencatan senjata Gaza dalam perang yang telah berlangsung selama 15 bulan tersebut.
Di sepanjang jalan yang membentang di tepi pantai Mediterania Gaza, kerumunan orang, sebagian menggendong bayi atau membawa bungkusan barang di pundak mereka, berjalan kaki ke utara.
“Rasanya seperti saya terlahir kembali dan kami menang lagi,” kata seorang ibu Palestina, Umm Mohammed Ali, yang merupakan bagian dari kerumunan orang yang bergerak perlahan-lahan di jalan pesisir, dikutip dari Sky News (27/1).
Saksi mata mengatakan, warga pertama tiba di Kota Gaza pada pagi hari setelah titik penyeberangan pertama di pusat kota Gaza dibuka pada pukul 07.00 (0500 GMT). Penyeberangan lainnya dibuka sekitar tiga jam kemudian, dan mulai mengizinkan kendaraan masuk.
“Jantung saya berdebar-debar, saya pikir saya tidak akan pernah kembali,” kata Osama (50), seorang pegawai negeri dan ayah dari lima orang anak, ketika tiba di Kota Gaza.
“Entah gencatan senjata ini berhasil atau tidak, kami tidak akan pernah meninggalkan Kota Gaza dan wilayah utara lagi, bahkan jika Israel mengirimkan satu tank untuk setiap orang dari kami, tidak akan ada lagi pengungsian.”
Setelah berulang kali mengungsi selama 15 bulan perang, sorak-sorai meledak di tempat penampungan dan perkemahan tenda ketika para keluarga mendengar kabar bahwa penyeberangan akan dibuka.
“Tidak ada waktu tidur, saya sudah mengemas semua barang dan siap berangkat saat fajar menyingsing,” ujar Ghada, seorang ibu dari lima anak.
“Setidaknya kami akan kembali ke rumah, sekarang saya bisa mengatakan perang telah berakhir dan saya harap akan tetap tenang,” katanya kepada Reuters melalui aplikasi chatting.
Anak-anak dengan jaket hangat dan tas ransel berjalan beriringan, para pria mendorong para lansia di kursi roda, dan para keluarga berpose untuk berfoto ketika para petugas Hamas dengan rompi merah mengarahkan mereka di sepanjang jalan.
Sekitar 650.000 warga Palestina mengungsi dari Gaza utara selama perang, yang dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 ke Israel selatan yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 orang, menurut perhitungan Israel.
Lebih dari 47.000 warga Palestina telah terbunuh dalam serangan Israel ke Gaza, menurut kementerian kesehatan Gaza.
Banyak dari mereka yang mengungsi harus berpindah beberapa kali karena Israel menetapkan beberapa bagian Gaza sebagai zona kemanusiaan dan kemudian membersihkannya sebelum melakukan pemboman dan operasi darat di sana.
Sebagian besar wilayah Gaza kini menjadi reruntuhan. Kantor media pemerintah Gaza yang dikelola Hamas mengatakan bahwa para pengungsi yang kembali ke utara membutuhkan setidaknya 135.000 tenda dan tempat penampungan ketika mereka mencoba untuk membangun kembali kehidupan mereka di lanskap yang dipenuhi reruntuhan bekas rumah mereka. (hanoum/arrahmah.id)