RIYADH (Arrahmah.id) — Perayaan Natal di Arab Saudi lebih meriah. Warga, turis asing, dan pekerja asing, bisa merayakan dengan rileks dan tanpa harus sembunyi-sembunyi lagi.
Kini, warga juga lebih leluasa memilih pernak-pernik Natal. Tidak sulit menemukan toko yang menyediakannya di Arab Saudi.
Di salah satu lingkungan tersibuk di Jeddah, lagu Mariah Carey “All I Want for Christmas Is You” berembus dari toko roti setempat. Pelanggan toko terlihat asik mengemil kue gula berbentuk kepingan salju dan roti jahe, serta menyesap cokelat panas dengan krim kocok di atasnya.
Salah satu yang merasakan perbedaan Natal di Arab Saudi adalah Sydney Turnbull, seorang warga negara Amerika Serikat (AS) yang telah tinggal di Arab Saudi selama tujuh tahun. Dia ingat betul saat pertama kali tiba di Arab Saudi, Natal adalah hari libur yang dirayakan secara ketat dan tertutup.
“Anda hanya mendengar cerita tentang orang yang menyelundupkan pohon Natal dan merayakannya secara diam-diam. Anda juga tidak akan pernah melihat dekorasi atau lampu warna-warni di luar seperti saat Natal di Amerika Serikat,” kata Turnbull, seperti dikutip dari Arab News (26/12/2021).
“Tahun ini, khususnya, mungkin merupakan perayaan Natal yang paling terbuka,” dia menambahkan.
Bukan hanya toko penyedia pernak-pernik Natal yang bernuansa winter dan memamerkan topi Sinterklas atau asesoris lainnya. Kafe dan restoran juga berhias dengan pernak-pernik Natal.
“Kafe dan restoran berubah menjadi negeri ajaib musim dingin, manusia salju berhiaskan permata, dekorasi, dan pernak-pernik Natal di mana-mana, serta Starbucks menawarkan minuman liburan dalam cangkir bertema Natal. Itu sama persis dengan yang dimiliki teman dan keluarga saya di rumah,” ujar dia lagi.
“Saya sempat ragu dan terkesima saat melihat Bateel (kafe dan restoran lokal) sekarang menawarkan kalender adven. Kemarin, saya menerima email dari restoran top di Riyadh yang menawarkan perayaan Malam Tahun Baru. Hal semacam itu tidak ada ceritanya beberapa tahun yang lalu,” ujar dia.
Enrico Catania memberikan pernyataan senada. Catania adalah seorang warga Italia berusia 35 tahun di Jeddah.
Dia makin betah di Arab Saudi, karena bisa merasakan Natal.
“Secara umum, dan dalam beberapa waktu terakhir, kesadaran dan keterbukaan menerima budaya seperti itu meningkat,” kata dia.
Sebelumnya, kurang dari satu dekade yang lalu, pemandangan seperti ini tidak mungkin ditemukan di mana pun di Arab Saudi, negara di mana perayaan Natal secara publik tidak terpikirkan.
Acara keagamaan non-Islam, seperti Natal, dulu ada dan dirayakan di Arab Saudi. Namun sebagian besar dilakukan secara rahasia atau di balik tembok tinggi kompleks, yang hanya ditempati oleh ekspatriat dan dioperasikan oleh perusahaan swasta.
Namun sejak 2016, Putra Mahkota Mohammed bin Salman meluncurkan Visi Saudi 2030. Bersamaan dengan itu, muncul serangkaian reformasi yang akan membuka potensi Kerajaan dan menciptakan masyarakat yang ambisius, kuat dan bersemangat, dengan ekonomi yang terdiversifikasi dan memprioritaskan kualitas hidup.
Selama enam tahun terakhir, Visi 2030 telah menciptakan budaya toleransi dan keterbukaan. Institusi keagamaan Kerajaan sedang direstrukturisasi dan sistem pemerintahannya.
Putra mahkota disebut sedang merencanakan jalan baru dan lebih modern untuk negara itu, bersumpah untuk mengubah Islam menjadi moderat. Ia menyebut Arab Saudi adalah negara yang toleran, dengan Islam sebagai konstitusi dan moderasi sebagai metodenya.
“Kami hanya kembali ke apa ke Islam moderat yang terbuka untuk dunia dan semua agama,” ujar dia. (hanoum/arrahmah.id)