OUAGADOUGOU (Arrahmah.id) — Persiapan perang melawan kelompok militan Islamdi Burkina Faso diperkirakan memakan biaya yang tidak sedikit. Diperkirakan dibutuhkan dana perang sebesar 100 miliar CFA atau setara dengan Rp 2,5 triliun.
Menteri Ekonomi Aboubacar Nacanabo pada Jumat (9/12/2022) menyatakan pihaknya telah melakukan pembicaraan dengan Presiden Ibrahim Traore, para pengusaha, dan mitra lainnya. Disimpulkan pemerintah Burkina Faso akan mengumpulkan dana perang untuk tahun ini.
“Dana tersebut seharusnya memungkinkan kami untuk mengumpulkan 100 miliar CFA untuk tahun ini,” ujarnya, seperti dikutip The Defense Post (10/12).
Selain dana, Aboubacar menyebut puluhan ribu tentara juga akan direkrut sebagai anggota Relawan Pembela Tanah Air (VDP).
“Sebagai bagian dari perang melawan militan, pemerintah telah memutuskan untuk merekrut 50 ribu anggota Relawan Pembela Tanah Air,” jelasnya.
Dengan anggaran dana yang dikemukakan sebelumnya, Aboubacar mengatakan para tentara VDP akan dibayar 60 ribu CFA atau Rp 1,5 juta perbulan.
Selain membayar tentara, Aboubacar menyebut dana itu juga digunakan untuk membeli senjata dan perlengkapan perang seperti seragam dan bahan bakar.
Aboubacar mengungkapkan sarannya untuk mengenakan pajak satu persen pada gaji anggota parlemen, penjualan minuman, rokok, internet, dan barang mewah guna membantu menutupi biaya perang yang telah menyebar dari Mali sejak 2015.
Perdana Menteri Apollinaire Kielem de Tembela pekan lalu meminta senjata dan amunisi dari Prancis untuk pasukan pembantu.
Burkina Faso dipimpin oleh militer Ibrahim Traore setelah berhasil mengambil alih jabatan presiden dalam kudeta 30 September.
Pemerintah sebelumnya dianggap gagal menangani serangan jihadis.
Ibrahim kemudian berjanji untuk merebut kembali wilayah yang diduduki kelompok jihadis yang berafiliasi dengan ISIS dan Al Qaeda itu.
Tetapi dalam beberapa bulan terakhir, serangan militan jihadis meningkat khususnya di utara dan timur negara yang terkurung daratan di jantung Sahel. (hanoum/arrahmah.id)