TEL AVIV (Arrahmah.id) — Untuk pertama kali sejak jatuhnya rezim Bashar Al-Assad dan menurunnya pengaruh kelompok Syiah Hizbullah di Suriah, pasukan pemerintahan baru Suriah telah memasuki wilayah Hermel, Lebanon. Ini memicu bentrokan sengit dengan para anggota Hizbullah.
Pertempuran, yang dimulai Kamis (6/2/2025) dini hari, meningkat saat pasukan Suriah memukul mundur upaya Hizbullah untuk maju di dekat kota Al Qusayr di Suriah, yang telah lama menjadi benteng kelompok yang didukung Iran tersebut.
Seorang sumber di lapangan mengatakan kepada The Media Line (7/2) bahwa milisi Syiah Hizbullah melancarkan beberapa upaya untuk masuk ke Al Qusayr tetapi menghadapi perlawanan hebat dari Tentara Suriah. Ini memaksa mereka kembali ke Lebanon.
Saat situasi meningkat, pasukan Suriah menyeberang ke Hawik, kota Lebanon di wilayah Hermel, tempat pertempuran sengit memaksa elemen-elemen Hizbullah untuk mundur.
Aktivis politik Libanon Omar Salloum, berbicara kepada The Media Line, menggambarkan Hawik sebagai kota perbatasan yang sering digunakan untuk operasi penyelundupan yang dijalankan Hizbullah.
Pertempuran itu, katanya, berlangsung sepanjang hari, melibatkan baku tembak dengan senjata ringan dan sedang. Peluru mortir juga dikerahkan oleh Tentara Suriah untuk mencegah serangan Hizbullah lebih lanjut di dekat Al Qusayr, pusat strategis penyelundupan senjata dan narkoba.
Di tengah meningkatnya kekerasan, The Media Line memperoleh rekaman dari Damaskus yang memperlihatkan personel Tentara Suriah ditangkap oleh Hizbullah di Lebanon.
Laporan menunjukkan bahwa para tahanan ini diperlakukan dengan melanggar standar penahanan internasional. Sementara itu, laporan yang belum dikonfirmasi menunjukkan bahwa Tentara Suriah juga telah menangkap para pejuang Hizbullah.
Sejak runtuhnya rezim Bashar Assad pada 8 Desember 2024, pemerintahan baru Suriah telah berupaya mengamankan perbatasannya yang keropos dengan Lebanon. Ini bertujuan mengekang penyelundupan senjata dan narkoba.
Beberapa operasi penyelundupan skala besar telah dicegat dalam beberapa pekan terakhir, yang mencerminkan upaya baru Suriah untuk menegaskan kendali atas wilayahnya.
Secara historis, Hizbullah mengandalkan rute penyelundupan ini untuk mengangkut senjata, narkotika, dan perlengkapan lain yang penting bagi operasinya. Namun, karena Hizbullah masih terlibat dalam konflik berkepanjangan dengan Israel, kemampuannya untuk beroperasi secara bebas di sepanjang perbatasan telah sangat melemah.
Meskipun mengalami kemunduran ini, bentrokan Kamis menunjukkan bahwa Hizbullah berusaha untuk menegaskan kembali kehadirannya di wilayah perbatasan yang pernah dikuasainya. Meskipun tingkat konflik masih belum jelas, konfrontasi antara Tentara Suriah dan Hizbullah di tanah Libanon menandai perubahan besar dalam dinamika regional.
Kesediaan pemerintah Suriah yang baru untuk melibatkan Hizbullah secara militer menandakan pemutusan hubungan dari aliansi sebelumnya. Ini menambah lapisan ketidakstabilan lain di wilayah tersebut. (hanoum/arrahmah.id)