MOGADISHU (Arrahmah.id) — Pemerintah federal Somalia, bersama dengan Uni Afrika (AU), telah meminta pengerahan 2.500 tentara Ethiopia untuk bergabung dengan Misi Dukungan dan Stabilisasi Uni Afrika di Somalia (AUSSOM) guna membantu melindungi Mogadishu dari kemajuan pesat kelompok militan Asy Syabaab.
Sumber-sumber diplomatik telah mengonfirmasi, seperti dilansir Horn Observer (10/4/2025), bahwa Somalia mengajukan permintaan ini kepada infanteri Ethiopia untuk membantu mempertahankan ibu kota dari Asy Syabaab.
Permintaan tersebut muncul di tengah lonjakan serangan Asy Syabaab, termasuk satu serangan yang menargetkan konvoi Presiden Somalia Hassan Sheikh Mohamud, dan kemajuan yang mengkhawatirkan oleh militan, yang telah menguasai beberapa wilayah di negara tersebut.
Situasi tersebut telah diperburuk oleh keretakan internal yang berkembang di antara klan-klan Somalia, yang telah menyebabkan perpecahan dalam Tentara Nasional Somalia (SNA).
Perpecahan ini telah menghambat kemampuan negara untuk melancarkan respons terpadu dan efektif terhadap pemberontakan Asy Syabaab.
Saat militan terus melakukan tekanan, kurangnya kekompakan dalam angkatan bersenjata telah mempersulit pembentukan pertahanan yang kuat terhadap ancaman yang terus berlanjut.
Sementara permintaan dukungan tambahan kepada Turki belum segera mendapat respons, dengan alasan penundaan yang masih belum jelas, Mesir, pesaing regional Ethiopia, telah menjanjikan hampir 1.100 tentara untuk AUSSOM, menurut laporan Dewan Keamanan PBB baru-baru ini.
AUSSOM, yang menggantikan Misi Transisi Afrika di Somalia (ATMIS) pada awal tahun ini, masih terkendala oleh masalah pendanaan yang signifikan meskipun mendapat dukungan dari AU dan PBB.
Sebuah laporan dari Agustus 2024 mengungkapkan bahwa kurang dari 13.000 dari 20.000 tentara yang awalnya ditugaskan untuk ATMIS masih berada di Somalia, yang selanjutnya membatasi efektivitas misi tersebut.
Misi tersebut dijadwalkan beroperasi hingga akhir tahun 2028.
Perkembangan ini terjadi saat Asy Syabaab mengintensifkan serangannya, dan pasukan Somalia menghadapi kesulitan yang semakin meningkat dalam mengoordinasikan pertahanan yang kohesif.
Pemerintah Somalia, bersama dengan angkatan udara Ethiopia dan AS, telah melakukan serangan udara terhadap benteng Asy Syabaab.
Pasukan Pertahanan Nasional Ethiopia telah dikerahkan di dekat Ferfer untuk operasi yang direncanakan, dan serangan udara AS yang menargetkan militan Asy Syabaab telah meningkat secara signifikan sejak pemerintahan Trump menjabat.
Namun, fragmentasi yang berkembang dalam militer Somalia dan persistensi perpecahan klan internal terus melemahkan upaya untuk sepenuhnya melawan ancaman militan. (hanoum/arrahmah.id)