DAMASKUS (Arrahmah.com) – Setelah harian Turki dan “Israel” membocorkan informasi mengenai kesepakatan yang mungkin terjadi antara AS dan Rusia terkait masalah Suriah, apa yang muncul dari hal ini adalah garis yang jelas dari adegan berdarah di Suriah, membentang di depan mata seluruh dunia, ujar sebuah artikel yang ditulis oleh seorang aktivis Suriah di Aleppo, Islam Sayatkhan, dan dipublikasikan oleh Kavkaz Center.
Garis-garis besar pengaturan ini terlihat seperti ini : Suriah dibagi menjadi dua zona. Satu bagian tentu saja untuk rezim Alawiyah (faktanya bagi Iran dan rusia) dan bagian lainnya diberikan kepada kelompok yang disebut “koalisi nasional” yang dibentuk oleh Barat di Qatar.
Komponen kekuatan dari “koalisi nasional” harus dialokasikan untuk Tentara Pembebasan Suriah (FSA) yang sekarang sedang aktif “dicuci otak” karena tidak semua unit FSA bersedia untuk berada di bawah ketiak geng boneka pro-Barat.
Musuh bersama dari boneka pro-Barat, “koalisi nasional”, FSA, Rusia, AS dan Iran adalah mereka yang menyatakan diri jihadis (yaitu Mujahidin Jabhah an-Nushrah, dll).
Dalam hal ini, keterlibatan Irak secara terbuka (masih tergantung pada AS) dalam perang, baru-baru ini mulai aktif. Rezim rafidhah Baghdad masuk ke dalam perang setelah pernyataan yang mengancam oleh Perdana Menteri Irak, Nouri al-Maliki yang mengatakan bahwa runtuhnya rezim Assad akan menyebabkan “percikan perang di negara-negara tetangga di wilayah itu dan akan membawa jihadis kepada kekuasaan”.
Menurut oposisi Suriah, pasukan Irak telah membentang di perbatasan. Rezim Baghdad telah melakukan serangan mortir dan artileri terhadap posisi FSA di sekitar perbatasan al-Ya’roubia di provinsi Hasaka dalam beberapa hari terakhir.
Oposisi Suriah memposting video yang memperlihatkan transfer peralatan militer Irak dan persenjataan melintasi perbatasan untuk pasukan Assad.
Perlu diingat bahwa rezim murtad Yaman (yang juga di bawah kendali AS) telah berpartisipasi selama beberapa bulan terakhir dalam perang Suriah di sisi Assad.
Pada hari Ahad (3/3/2013), Yordania mengumumkan hadiah untuk setiap informasi mengenai para pemimpin Jabhah an-Nushrah. Yordania sebelumnya pernah mengekstradisi ke rezim Assad, seorang pilot yang membelot dari militer Suriah bersama pesawat yang ia kendarai.
Sementara itu di sisi Assad telah lama diketahui dukungan dari Garda Revolusi Iran (termasuk penerbangan), GRU Rusia, milisi “Hizbullah” Lebano yang baru-baru ini menduduki 8 desa di Homs.
Rusia dan Iran secara aktif memasok rezim Assad tidak hanya dengan tenaga kerja tetapi juga dengan perangkat keras militer. Dan sering sejata-senjata ini, meskipun diberlakukan “embargo internasional”, pergi melalui pelabuhan Arab Saudi, Yaman, Mesir dan beberapa negara Eropa.
Dalam beberapa hari terakhir, telah terjadi peningkatan tajam serangan rudal Scud pada posisi FSA dan Mujahidin. Jika pada tahun lalu hanya 2-3 Scud yang digunakan, kini serangan Scud menjapai 3-5 per hari.
Loyalis Assad juga menggunakan senjata kimia, fakta-fakta yang benar-benar diabaikan oleh aliansi Barat.
Bahkan di mata kami, bagian terdepan perang Suriah sangat jelas memisahkan peserta global dalam dua sisi, merobek topeng dan mengungkapkan tujuan mereka sesungguhnya. Di satu sisi adalah aliansi internasional yang mencakup negara-negara boneka dari para penguasa Muslim dan Mujahidin serta Muslim biasa yang menyatakan niat mereka untuk mengembalikan Syariat Allah.
Meskipun terbatasnya sumber daya yang ada, penyatuan yang sebenarnya dari seluruh kekuatan global melawan segelintir Muslim yang tulus, para Mujahidin terus mengalami kemajuan, membebaskan lebih dan lebih banyak wilayah. Dan hal ini terus terjadi meskipun terkadang tidak ada senjata, peralatan, kadang sepatu serta kurangnya logistik.
Kemenangan harian sedang terjadi, meskipun berbagai tuduhan dalam konspirasi dunia dialamatkan kepada Mujahidin. Jihad di Syam adalah hadiah dari Allah untuk seluruh komunitas Islam.
Hadist dari Abdullah ibn Hawalah, bahwa Nabi salallahu alaihi wasallam bersabda :
“Kalian akan menyiapkan beberapa pasukan : pasukan di Syam, pasukan di Irak dan pasukan di Yaman.”
Abdullah ibn Hawalah berkata : “Berikanlah pilihan kepadaku, wahai Rasulullah.”
Beliau menjawab : “Bergabunglah engkau dengan pasukan perang di Syam, yang merupakan pilihan Allah dari bumi-Nya. Allah memilihkan pilihan ini untuk hamba-hambaNya. Siapa yang menolak maka bergabunglah dengan pasukan di Yaman dan minumlah dari telaga-telagaNya. Sesungguhnya Allah menjamin negeri Syam dan penduduknya untukku.” (Imam Ahmad 4/110), Abu Daud 2483)
(haninmazaya/arrahmah.com)