KIEV (Arrahmah.id) – Lebih dari 9.000 warga sipil Ukraina, termasuk 453 anak, telah tewas sejak invasi Rusia 11 bulan lalu, menurut seorang pejabat tinggi.
Pembantu presiden Ukraina Andriy Yermak mengumumkan jumlah kematian di Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss pada Selasa (17/1/2023), menambahkan: “Kami telah mencatat 80.000 kejahatan yang dilakukan oleh penjajah Rusia.
“Kami tidak akan memaafkan satu pun [tindakan] penyiksaan atau nyawa yang diambil. Setiap penjahat akan dimintai pertanggungjawaban.”
Yermak mengulangi panggilan untuk pengadilan internasional khusus untuk mengadili Rusia dan reparasi atas kehancuran yang disebabkan oleh invasi, lansir Al Jazeera.
Pada Senin (16/1), PBB mengatakan lebih dari 7.000 warga sipil telah tewas.
Tidak mungkin untuk memverifikasi kedua angka tersebut, tetapi perkiraan korban perang sering dipahami lebih rendah dari kenyataan.
Di KTT para pemimpin dunia dan bisnis di Davos, perang di Ukraina menjadi topik sentral.
Ibu Negara Ukraina Olena Zelenska mengatakan kepada para hadirin bahwa para orang tua menangis menyaksikan para dokter berusaha menyelamatkan anak-anak mereka.
“Kita tidak bisa membiarkan Chernobyl baru terjadi,” katanya. “Kami semua secara internal yakin bahwa tidak ada masalah global yang tidak dapat diselesaikan oleh umat manusia.
“Ini lebih penting sekarang ketika agresi Rusia di Eropa menimbulkan berbagai tantangan.”
Harga makanan dan bahan bakar global meroket saat pertempuran berdarah berkecamuk di timur dan selatan Ukraina, yang bersama dengan Rusia merupakan salah satu pemasok gandum, jelai, dan komoditas lunak lainnya yang terkemuka di dunia ke Afrika, Timur Tengah, dan Asia.
Sekitar 345 juta orang di 82 negara menghadapi kerawanan pangan akut, menurut Program Pangan Dunia PBB, naik dari 135 juta di 53 negara sebelum pandemi virus corona dan perang di Ukraina. (haninmazaya/arrahmah.id)