BAGHDAD (Arrahmah.com) – Iraq Body Count (IBC), sebuah LSM Inggris, memperingatkan pada Senin (2/1/2012) bahwa Perang Irak telah menyebabkan 162.000 orang tewas selama sembilan tahun.
Menurut IBC, sekitar 79 persen dari korban tewas adalah warga sipil, sementara sisanya termasuk tentara AS, pasukan keamanan Irak, dan mujahidin.
“Kekerasan memuncak pada akhir tahun 2006 tetapi berlanjut dengan angka yang cukup tinggi sampai paruh kedua tahun 2008 – hampir 90 persen dari kematian terjadi pada tahun 2009,” kata IBC dalam sebuah pernyataan.
Tapi IBC memperingatkan bahwa “saat ini belum ada penurunan yang nyata (dalam jumlah kematian warga sipil) sejak pertengahan 2009.”
“Tren terkini menunjukkan konflik tingkat rendah di Irak yang memiliki peluang untuk terus menambah jumlah warga sipil yang terbunuh pada tingkat yang sama selama bertahun-tahun yang akan datang. Sementara data ini menunjukkan bahwa belum ada yang berubah. Waktu akan membuktikan apakah penarikan pasukan AS akan memiliki efek pada jumlah korban atau tidak,” kata IBC.
Pasukan AS, yang pada puncaknya mencapai 170.000 orang dan menempati 505 pangkalan di Irak, menyelesaikan penarikan mereka dari negara itu pada tanggal 18 Desember lalu dan Perdana Menteri Nuri al-Maliki dijuluki Sabtu pekan lalu untuk menjadikan tanggal tersebut sebagai “Hari Irak Hari”, menandai saat pakta bilateral yang memaksa Amerika untuk mengakhiri kehadirannya di negaranya.
IBC mengatakan telah mencatat lebih dari 114.000 kematian warga sipil di Irak sejak invasi dimulai, dan menambahkan angka yang diperoleh dari situs whistleblower Wikileaks serta pejabat AS sehingga menempatkan angka keseluruhan pada 162.000 korban jiwa.
Kelompok non-sipil terparah adalah polisi Irak, dengan jumlah 9.019 kasus, dan Baghdad adalah kota paling berbahaya di negara itu, kata IBC. IBC mengklaim sebanyak 4.474 tentara AS tewas di Irak.
Angka ini sangat berbeda dari yang diterbitkan oleh pemerintah Irak, yang mengatakan pada Minggu (1/1) bahwa 2.645 orang tewas dalam kekerasan pada tahun 2011, dibandingkan dengan jumlah yang dihimpun IBC yakni 4.059 orang. Tokoh pemerintah Irak, tidak seperti data IBC, mengindikasikan serangan menurun secara signifikan tahun lalu dari 2010, ketika 3.605 orang tewas.
Rilis IBC ini muncul sehari setelah Maliki menyerukan Irak untuk memulai pembangunan ekonomi dan infrastruktur, di tengah kebuntuan politik antara pemerintah yang dipimpin Syiah dan Sunni.
“Periode mendatang tidak kalah penting atau berbahaya dari periode sebelumnya,” kata Maliki hari Minggu (1/1) selama pidato di Hotel Al-Rasheed Baghdad. “Pekerjaan kami baru saja dimulai.” (althaf/arrahmah.com)