MOSKOW (Arrahmah.com) – Perang di Suriah semakin mendestabilisasi Kaukasus, ujar sebuah laporan oleh harian Kanada, Mondialisation.
Mujahidin Chechnya (pada kenyataannya hampir semua bangsa di Imarah Kaukasus berjuang di Suriah-KC) yang telah berperang selama bertahun-tahun melawan Moskow, mendukung oposisi Islam di Suriah, lansir Kavkaz Center.
Rusia khawatir penegakan syariat Islam di Damaskus dapat mempengaruhi keseimbangan seluruh wilayahnya. Selain itu, situasi konflik Suriah bisa tumpah ke Selatan d.an Utara Kaukasus.
Harian Kanada mengatakan jumlah pejuang yang berasal dari Chechnya dan wilayah Kaukasus lainnya mencapai 6.000 orang. Menurut surat kabar ini, meskipun fakta bahwa perang di Chechnya telah “resmi berakhir” pada tahun 2009 lalu, situasi di sana masih tegang. Selain itu serangan gerilya dan sabotase telah meningkat secara signifikan di Ingushetia dan Dagestan. Pada bulan Oktober tahun lalu, untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia Kedua, Kremlin mengirim pasukan tambahan ke wilayah tersebut.
Mondialisation mengacu pada pernyataan pengamat ahli yakin bahwa di Chechnya sebenarnya perang masih berlangsung dan tidak menutup kemungkinan akan adanya perang besar ketiga di Kaukasus Utara.
Kremlin khawatir dengan munculnya pemerintahan Islam di Suriah akan memperkuat “radikalisme” di Kaukasus. Selain itu, arus pengungsi dari Suriah, di mana banyak orang sebelumnya berasal dari Kaukasus juga dapat menyebabkan ketegangan etnis di wilayah tersebut.
Etnis Kaukasus banyak yang tinggal di Suriah setelah melarikan diri dari kekerasan. Mereka melarikan diri dari Kaukasus utara pada paruh kedua abad ke-19, saat wilayah kaum Muslimin diduduki oleh pasukan tsar setelah pembantaian besar-besaran.
Pada akhir 2011, mereka meminta otoritas Rusia untuk memungkinkan mereka untuk kembali. Namun sejauh ini Kremlin hanya menyetujui re-imigrai untuk 500 orang. Mereka adalah Muslim dan Moskow takut langkah tersebut bisa meningkatkan dukungan mereka untuk pejuang Islam Chechnya. (haninmazaya/arrahmah.com)