KHARTOUM (Arrahmah.id) — Sudan sejak lama mengirim tentara bayaran ke luar negeri, tetapi negara itu sekarang berubah menjadi medan perang bagi pasukan asing.
Menurut para ahli yang dikutip AFP (15/5/2023), pasukan asing itu memiliki kepentingan mendukung militer Sudan maupun mengincar uang dan emas.
Pasukan asing bersenjata membanjiri pertempuran dari seluruh wilayah Sahel Afrika termasuk Mali, Chad, dan Niger, kata perwakilan khusus PBB Volker Perthes, seraya memperingatkan bahwa jumlah mereka tidak sedikit.
Panglima militer Sudan Abdel Fattah Al Burhan menuduh saingannya yaitu Rapid Support Forces (RSF) merekrut prajurit dari negara-negara terdekat yang bermasalah, termasuk tentara bayaran dari Chad, Republik Afrika Tengah, dan Niger.
Tentara Sudan mengeklaim telah membunuh penembak jitu asing di jajaran RSF, dan saksi di Khartoum mengaku mendengar beberapa paramiliter RSF berbicara bahasa Perancis, bahasa negara tetangga Chad.
Selama sebulan terakhir, Sudan diguncang pertempuran mematikan antara pemimpin de facto Burhan dan mantan wakilnya, komandan RSF Mohamed Hamdan Daglo yang juga dikenal sebagai Hemeti.
RSF di bawah Daglo muncul dari milisi Janjaweed yang terkenal kejam. Sejak 2003 mereka menjarah desa-desa di wilayah Darfur, dituduh melakukan kekejaman dan kejahatan perang secara luas.
Dalam beberapa tahun terakhir, RSF mengirim senjata sewaan ke perang Yaman.
Posisi mereka mendukung Arab Saudi dan Uni Emirat Arab melawan pemberontak Syiah Houthi yang didukung Iran. RSF juga menyuplai senjata ke Libya untuk mendukung Jenderal Khalifa Haftar yang berbasis di timur.
Amerika Serikat dan Uni Eropa menuduh RSF memiliki hubungan dengan kelompok tentara bayaran Wagner Group dari Rusia, yang berperang di Ukraina dan sejak lama aktif di beberapa negara Afrika termasuk Libya yang mendukung Haftar.
Bos Wagner yaitu Yevgeny Prigozhin baru-baru ini menegaskan, “Selama dua tahun, tidak ada satu pun prajurit Wagner… yang hadir di Sudan. Dan hari ini tidak ada”.
Cameron Hudson dari Pusat Kajian Strategis dan Internasional mengatakan, “Grup Wagner tidak berperang di Sudan, tetapi mereka memiliki penasihat teknis”. (hanoum/arrahmah.id)