LONDON (Arrahmah.com) – Kekuatan Taliban yang terus meningkat menyebabkan nyali negara-negara yang memerangi mereka di Afghanistan menciut. Hal ini diakui oleh menteri luar negeri Inggris, Bill Rammel. Rammel mengatakan bahwa tantangan dari para mujahidin di provinsi Helmand lebih besar daripada tindakan antisipasi dari pasukan salibis internasional NATO.
Komentarnya ini datang setelah diplomat senior Inggris memperingatkan pasukannya di Afghanistan bahwa pertempuran melawan Taliban bisa menghabiskan waktu berpuluh-puluh tahun.
Sir Nigel Sheinwald, duta besar Inggris di Amerika Serikat memperingatkan bahwa Inggris harus menghadapi komitmen jangka panjang di Afghanistan.
Penilaian suram Sir Nigel ini muncul setelah pasukannya di Afghanistan harus mengalami bulan yang paling mematikan saat melakukan operasi di provinsi Helmand, dimana 22 orang tentara Inggris harus kehilangan nyawanya. Rencananya, Inggris akan mengirimkan sejumlah 2.000 pasukan tambahan ke Afghanistan.
Panglima baru AS di Afghanistan, Jendral Stanley McChrystal, menurut laporan, meminta penambahan jumlah personil angkatan bersenjata dan polisi dari pihak Afghanistan sendiri dari 150.000 menjadi 400.000 orang, dengan jumlah pelatih militer sebanyak 12.000 orang.
Namun beberapa pihak sangat mengkhawatirkan bahwa pengerahan pasukan Afghan, apalagi dalam jumlah besar, hanya akan menguntungkan pihak asing. Karena tentara-tentara tersebut lebih banyak menunjukkan dirinya sebagai pelindung pasukan asing, bukan pelindung masyarakat sipil.
Rammel menyatakan bahwa kurangnya strategi dan tidak adanya petunjuk dan pengawasan yang tepat dalam operasi pasukan salibis internasional sangat merugikan, dimana Inggris harus kehilangan 191 pasukannya.
Sehingga Rammel tetap berpendapat, “Saya mengetahui bahwa perbandingan antara tantangan yang diberikan oleh Taliban di provinsi Helmand lebih besar dibandingkan antisipasi yang kita siapkan. Kita harus bertanggung jawab pada itu semua.” (Althaf/mail/arrahmah.com)