PARIS (Arrahmah.com) – Perancis telah memutuskan untuk menutup semua perbatasannya, menyatakan keadaan darurat dan menyebarkan ribuan tentara di dalam dan sekitar Paris setelah setidaknya 140 orang tewas (menurut laporan terbaru oleh Al Arabiya-red) dan puluhan lainnya terluka setelah beberapa penembakan dan ledakan mengguncang ibukota Perancis pada Jum’at (13/11/2015) malam.
Langkah-langkah drastis diumumkan oleh Presiden Perancis, Francois Hollande yang membuat pidato televisi pada Jum’at malam, beberapa menit sebelum tengah malam setelah serangan terjadi, lansir Al Arabiya pada Sabtu (14/11).
Serangan ini diyakini merupakan yang terbesar dalam sejarah Perancis.
Otoritas Perancis menyebutkan korban tewas setidaknya 140 orang, sementara beberapa laporan menunjukkan jumlah sekitar 160. Pada Sabtu (14/11) pagi, polisi Paris mengklaim bahwa sedikitnya lima penyerang telah tewas.
Salah satu serangan terjadi di gedung konser Bataclan di mana sekitar 100 orang tewas. Polisi menyerbu gedung tersebut setelah orang-orang bersenjata mengepungnya.
Mereka kemudian mengklaim bahwa empat penyerang dibunuh di gedung tersebut.
Sebelumnya, menurut saksi mata, salah satu penyerang di aula konser telah meneriakkan “Allahu Akbar” sebelum melepaskan tembakan ke kerumunan.
Seorang koresponden Al Arabiya mengutip saksi mata di Bataclan mengatakan bahwa penyerang diklaim telah mengatakan: “Apa yang kami lakukan adalah untuk merespon tindakan Anda di Suriah”.
Sebuah pernyataan dari kantor Hollande pada Sabtu (14/11) mengatakan bahwa 1.500 tentara tambahan telah dikerahkan ke Paris setelah serangan.
Pada serangan lain di dekat stadion Stade de France, rekaman memperlihatkan tembakan di lepaskan di pertandingan sepak bola antara Perancis melawan Jerman ketika sebuah bom meledak di luar stadion.
Alex Olley, yang berada di stadion mengatakan kepada Al Arabiya bahwa ia mendengar lima ledakan di dekat stadion. Awalnya ia pikir itu adalah kembang api.
Serangan terkoordinasi yang menargetkan ibukota Perancis telah mendorong pertemuan darurat para menteri pemerintah Perancis. Walikota Paris telah meminta penduduknya untuk tetap tinggal di dalam rumah.
Seorang pengamat yang berbasis di Paris, Khattar Abu Diyab mengatakan kepada Al Arabiya bahwa ini adalah serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Ini merupakan serangan terbesar terhadap negara Barat sejak satu dekade terakhir, sejak peristiwa 9/11,” ujarnya.
“Ini benar-benar menunjukkan bahwa Perancis ditargetkan.”
Sejauh ini belum jelas siapa yang berada di balik serangkaian serangan terkoordinasi tersebut yang mengguncang ibukota Perancis dan menewaskan lebih dari 140 orang. (haninmazaya/arrahmah.com)