PARIS (Arrahmah.com) – Kantor kejaksaan Paris mengatakan telah memulai penyelidikan awal terhadap properti yang dimiliki oleh mantan pemimpin Tunisia yang digulingkan rakyatnya, Zine al-Abidine Ben Ali di Perancis.
Ben Ali melarikan diri dari negaranya awal bulan ini menyusul sejumlah protes dan kekacauan.
Secara terpisah, kepala angkatan bersenjata Tunisia telah memperingatkan kekosongan kekuasaan di sana bisa menimbulkan kediktatoran.
Jenderal Rachid Ammar mengalamatkannya untuk pemrotes anti-pemerintah.
“Revolusi kita, revolusi anda, revolusi kaum muda, akan beresiko hilang….. Terdapat kekuatan yang menyerukan kekosongan, kekosongan kekuasaan. Kekosongan yang membawa teror, membawa kediktatoran,” ujarnya pada massa.
Penyelidikan di Paris dibuka setelah tiga kelompok HAM mengajukan kasus hukum terhadap mantan pemimpin atas korupsi selama 23 tahun pemerintahannya.
Kelompok itu adalah, Sherpa, Transparency International France dan Komisi Arab untuk HAM, menuduh Ben Ali telah berkorupsi, menggunakan dana publik dan pencucian uang, lapor AFP.
Mereka memperkirakan kekayaan yang dikumpulkan oleh mantan pemimpin dan koleganya sekitar 5 Milyar USD.
Ben Ali yang kini mencari perlindungan di Arab Saudi, sejauh ini belum berkomentar apapun.
Tapi pekan lalu, pejabat bank sentral Tunisia membantah laporan bahwa istri Ben Ali membawa 1,5 ton emas batangan dari bank sentral sebelum meninggalkan negara itu.
Investigasi lain
Minggu lalu, jaksa Tunisia mengatakan mereka akan menyelidiki aset asing Ben Ali dan keluarganya, termasuk transaksi ilegal dan rekening bank asing.
Sekitar 33 anggota keluarga Ben Ali dituduh menjarah sumber daya negeri.
Langkah itu datang saat pejabat Swiss membekukan setiap dana yang disimpan oleh Ben Ali di sana, dikatakan untuk mencegah aset-aset ditarik dan juga memastikan bahwa pemerintah Tunisia baru akan mampu mengambil aset jika mereka telah sah.
Pekan lalu, Uni Eropa juga setuju untuk membekukan aset milik Ben Ali dan keluarganya. (haninmazaya/arrahmah.com)