MADRID (Arrahmah.com) – Mentri Pertahanan Spanyol, Pedro Morenes, menyatakan bahwa negaranya telah menerima permintaan dari Presiden Perancis, Francois Hollande, untuk untuk menambah jumlah tentara Spanyol yang berada di Mali.
Morenes menyatakan bahwa pemerintah Madrid sedang mengkaji permintaan tersebut. Morenes menegaskan bahwa stabilitas Mali merupakan skala prioritas strategis bagi Spanyol, laporan situs berita Sahara Media.
Dalam wawancara dengan harian Spanyol, Arathon pada Senin (15/4/2013), menyatakan bahwa Spanyol mendukung dan membantu proses penciptaan stabilitas keamanan di Mali. Ia menegaskan, “memerangi kelompok Al-Qaeda dan para jihadis itu sebuah tugas yang sulit.”
Pada Sabtu (13/4/2013) lalu Spanyol telah mengirimkan satu peleton berkekuatan 47 orang tentara ke ibukota Mali, Bamako, untuk ambil bagian dalam melatih pasukan rezim sekuler Mali guna memerangi mujahidin Islam di Mali Utara. Pengiriman tentara Spanyol tersebut merupakan bagian dari operasi militer Uni Eropa di Mali.
Tentara Spanyol akan bergabung dengan pasukan Uni Eropa yang membawa misi memberikan pelatihan militer dan nasehat militer kepada tentara rezim sekuler Mali dalam memerangi mujahidin Islam di Mali Utara.
Bersama delapan tentara Spanyol yang telah lebih dahulu berada di Bamako, satu peleton tentara Spanyol tersebut akan tinggal di Bamako selama beberapa hari, sebelum berangkat ke kota Kolikoro, 60 km timur laut Bamako. Pelatihan militer bagi tentara rezim Mali akan dilakukan di Kolikoro.
Pada Januari 2013 lalu Uni Eropa telah menyetujui pelatihan militer bagi pasukan gabungan Uni Eropa berkekuatan 500 tentara. Pasukan Gabungan Uni Eropa mendapatkan mandate resmi untuk memberikan pelatihan militer bagi pasukan Mali dan memberikan dukungan managerial dan medis untuk jangka waktu 15 bulan.
Sejak pertengahan Januari 2013, 6000 Pasukan penjajah salibis Perancis, pasukan rezim sekuler Mali dan 2000 pasukan rezim sekuler Chad telah melakukan invasi militer ke wilayah Mali Utara yang dikuasai oleh pemerintahan mujahidin Anshar ad-Dien. Invasi militer tersebut bertujuan meruntuhkan penerapan syariat oleh pemerintahan mujahidin. Invasi militer itu mendapatkan perlawanan sengit dari mujahidin Anshar ad-Dien, Al-Qaeda Negeri Maghrib Islam (AQIM) dan Jama’ah Tauhid wal Jihad. (muhibalmajdi/arrahmah.com)