DAMASKUS (Arrahmah.com) – Sebuah harian Turki membongkar sebuah isu yang menyatakan bahwa pasukan Perancis melatih para pemberontak Suriah untuk memerangi pemerintahan Presiden Bashar Al Assad.
Menurut laporan harian Milliyet, mengutip IRNA, PErancis telah mengirimkan pasukan mereka ke Turki dan Lebanon untuk melatih Angkatan Bersenjata Oposisi Suriah – sebuah kelompok yang terdiri dari para perwira yang membelot dan beroperasi di Turki dan Lebanon – sebagai salah satu upaya untuk melawan militer Suriah.
Laporan itu menambahkan bahwa otoritas Perancis, Inggris, dan Turki telah mencapai kesepakatan untuk mengirimkan sejumlah persenjataan ke dalam wilayah Suriah.
Selain itu, harian tersebut pun melaporkan bahwa Amerika Serikat tahu betul mengenai aktivitas ketiga negara itu untuk melatih dan mempersenjatai angkatan bersenjata oposisi Suriah.
Para pemberontak ini, dipusatkan di Provinsi Hatay, Turki, yang dekat dengan perbatasan Suriah.
Laporan ini muncul beberapa saat setelah muncul isu mengenai keterkaitan badan intelijen Inggris dan Perancis dengan pihak oposisi yang berada di kota utara Tripoli, Lebanon, dalam rangka semakin memanaskan pemberontakan yang terjadi di Suriah.
Laporan itu pun mengemukakan bahwa agen intelijen Perancis telah dikirim ke Lebanon dan Turki untuk membangun kesatuan pertama Angkatan Bersenjata Oposisi yang telah melarikan diri dari Suriah.
Suriah telah menjadi saksi bisu dari meletusnya aksi perlawanan rakyat yang bermula pada pertengahan bulan Maret lalu, dimana sejumlah aksi demonstrasi dilakukan, baik oleh para penentang Assad maupun yang mendukungnya.
Damaskus menyatakan bahwa pemberontakan ini dihasut oleh sejumlah pihak yang dibayar dan dipersenjatai oleh kekuatan asing. Ratusan orang, termasuk anggota pasukan keamanan Suriah sendiri telah menjadi korban kekerasan yang terjadi di negeri rezim Alawite ini.
Pihak oposisi dan negara-negara Barat menuduh militer Suriah adalah dalang di balik sejumlah aksi pembunuhan di negeri tersebut, namun pemerintah Suriah sendiri menyalahkan pada sejumlah kelompok yang mereka klaim telah melanggar undang-undang, para penyabotase, dan juga kelompok-kelompok teroris. Damaskus pun mengatakan bahwa sejumlah aksi kekerasan yang terjadi di negerinya adalah sebuah sandiwara besar yang dimainkan dari luar. (althaf/arrahmah.com)