PARIS (Arrahmah.com) – Intervensi militer untuk kembali mengambil wilayah Mali utara dari tangan Mujahidin Al Qaeda Islamic Maghreb (AQIM) menurut Perancis akan membutuhkan tentara yang “tangguh”, menurut Menteri Luar Negeri Perancis, Laurent Fabius pada Minggu (21/10/2012).
Wilayah yang luas jatuh di bawah kendali kelompok-kelompok Islam termasuk AQIM setelah kudeta pada Maret lalu di sebuah negara yang duluna dianggap sebagai salah satu negara demokrasi paling stabil di Afrika.
PBB dan Uni Eropa telah sepakat untuk memberikan pelatihan khusus bagi pasukan Mali yang dapat dimulai secepatnya, menurut Fabius.
“Pasukan Mali akan dilatih dan mereka akan mencoba untuk merebut kembali kota-kota di utara seperti Timbuktu, Kidal dan lainnya,” lanjut Fabius dengan menambahkan bahwa hal itu bisa dimulai dalam beberapa minggu mendatang.
“Setelah itu akan ada operasi lain yang lebih sulit yaitu untuk menghadapi Al Qaeda dan afiliasinya. Hal ini memerlukan tentara yang keras.”
Fabius mengklaim kepada AFP bahwa merebut kembali kota-kota di utara tidak selalu berarti konfrontasi dengan AQIM karena tidak semuanya dimiliki oleh kelompok itu.
Kelompok Islam yang menguasai wilayah utara telah memberlakukan syariat Islam, menangkap perempuan yang tidak berhijab, merajam pezina dan memotong tangan untuk para pencuri. Mereka juga menghancurkan tempat-tempat yang dianggap keramat dan diagung-agungkan selama berabad-abad karena digunakan sebagai sarang kemusyrikan.
Perancis, mantan penguasa kolonial Mali, telah menjanjikan dukungan logistik bagi intervensi militer, namun pihaknya tidak akan menempatkan pasukan di lapangan. (haninmazaya/arrahmah.com)