MOGADISU (Arrahmah.com) – Pada tanggal 2 Syawal 1435 H, atau bertepatan dengan Selasa (29/7/2014), Yayasan Produksi Media Al-Kataib mempublikasikan video rilis resmi Mujahidin Al-Shabaab Somalia. Film dokumenter berdurasi kurang dari 40 menit ini adalah sebuah hadiah Idul Fitri 1435 H dari Harakah Al-Shabaab Mujahidin (HSM) Mogadisu kepada Presiden Perancis, Francois Hollande.
Berisi ilustrasi kegagalan operasi penyergapan pasukan khusus agen intelijen Perancis (DGSE), film ini dibuat oleh Departemen Keamanan dan Intelejensia HSM dengan judul “di bawah bayang-bayang kegagalan penyergapan”.
Operasi tersebut berlangsung pada tanggal 11 Januari 2013, dimana DGSE menyerbu kota Bulo Marer, 120km selatan Mogadisu. Bulo Marer merupakan kota pertanian kecil, yang hidup di bawah naungan pemerintahan Islam, Lower Shabelle.
Tujuan operasi tersebut adalah untuk membebaskan agen intelijen Perancis, Denis Allex, yang ditangkap Harakah Al-Shabaab Mujahidin Mogadisu pada 2009. Operasi tersebut berakhir dengan kegagalan. Alhamdulillah.
Video ini diawali dengan kutipan video permohonan pembebasan Denis Allex yang ditujukan kepada Presiden Perancis, dengan uraian sebagai berikut.
Pak Presiden, saya warga Perancis yang disandera oleh Al-Shabaab di Somalia pada tahun 2009.
Pak Presiden, saya dan teman-teman saya yang diculik Al-Shabaab merupakan korban kebijakan opresif Pemerintahan Perancis terhadap Muslimin yang hidup di Perancis dan yang berada di luar Perancis.
Tanpa pemberlakuan kebijakan anti-Islam dan anti-Muslim, niscaya saya tidak akan menjadi sandera disini sekarang.
Pak Presiden, saya masih hidup sekarang, tetapi sampai berapa lama [saya harus disandera]?Itu [penyanderaan ini] bergantung pada keputusan Anda. Jika Anda tidak dapat membuat kesepakatan atas pembebasan saya, maka saya khawatir ini adalah pesan terakhir saya untuk Anda. Hidup saya bergantung pada Anda!
Dalam video pendek ini, tim HSM menyamar sebagai wartawan lokal dan berhasil mewawancarai Geele Abdulle, seorang informan lokal DGSE dan CIA. Ia mengaku bahwa telah bekerja kepada musuh karena tergiur iming-iming agen DGSE Ahmed Abdi Jim’ale (Arabay) dengan kontrak kerja sebesar 1 juta dolar AS.
Disini ia mengungkapkan bagaimana proses operasi penyergapan tersebut, mulai dari dari persiapan strategi, SDM, dan sarana penunjang operasi; pengembangan model operasi dan simulasinya; hingga eksekusi penyergapan itu sendiri. Dalam implementasinya, operasi ini dimulai jauh hari dengan persiapan berupa survey lokasi dengan pengumpulan data dari informan dan alat pengintai drone pada malam hari untuk mengambil citra lokasi penyergapan dengan menggunakan kamera infra merah.
Sebelum hari yang ditentukan, tepatnya 10 Januari, ratusan pasukan DGSE dikerahkan di pantai sepi di pedalaman dari arah Djiboti. Stelah mendapatkan citra lokasi penyergapan, mereka melakukan aksi “pembersihan” lokasi. Pada insiden tersebut, satu keluarga dan beberapa warga Muslim dibunuh dalam penembakan yang keji. Hanya seorang bocah ingusan berusia 3 tahun yang selamat dari pembantaian itu, kemudian pasukan kafir pergi kembali ke markasnya dengan helikopter menjauhi lokasi.
Hingga memasuki tanggal 12 dini hari, penyergapan terjadi, dipenuhi dengan gencatan senjata dan peledakan fasilitas yang dianggap dugunakan HSM sebagai markas penyanderaan. Seorang Mujahidin Al-Shabaab, sekaligus Gubernur Mogadisu, Syeikh Hussein, syahid seketika, innalillahi wainna ilayhi raaji’uun.
Di pihak musuh, 2 orang pasukan DGSE mati mengenaskan. Tragisnya lagi bagi mereka, video yang berisi permohonan pemebebasan dari Denis Allex di atas tidak terealisasi. Allex tewas pada operasi itu, sehingga kematiannya mempermalukan Perancis yang tidak becus membela warganya sendiri.
Sementara, Geele Abdulle, mendapati dirinya ditipu agen DGSE Arabay. Dia hanya mendapatkan pembayaran sebesar 4000 dolar AS saja. Tak puas dengan itu, jiwa rakusnya membuat dia menjadi kaki tangan musuh kembali pada penyergapan lain di bawah perintah CIA, guna merealisasikan cita-cita duniawinya. Insiden tersebut mengakibatkan kesyahidan satu Mujahidin Al-Shabab lainnya. Maa syaa Allah.
Kini Geele menghabiskan seluruh hidupnya di bawah tahanan Al-Shabab, namun Arabay masih menjadi buronan, melarikan diri ke Nairobi. Sungguh, Allah membalas makar mereka.
(adibahasan/arrahmah.com)