PARIS (Arrahmah.com) – Para anggota parlemen Perancis akan memutuskan Senin (22/9) apakah akan mempertahankan tentara Perancis di Afghanistan setelah 10 tentara mereka tewas di negara itu, dan memunculkan pertanyaan mengenai kehadiran Perancis di Afghanistan yang kian keras.
Dua majelis parlemen, yang didominasi oleh partai Presiden Nicolas Sarkozy, diperkirakan akan mendukung kesatuan beranggotakan 2.600 tentara itu untuk tetap berada di Afghanistan. Kesatuan tentara Perancis adalah salah satu yang terbesar dalam misi di Afghanistan–pimpinan Pakta Pertahanan Atlantik Utara.
Namun pembicaraan heboh terjadi setelah surat kabar Globe and Mail Kanada mengutip sebuah laporan “rahasia” NATO pada akhir pekan yang mengatakan pejuang Taliban yang menyerang tentara Perancis pada 18 Agustus bersenjata lebih baik ketimbang musuh mereka.
NATO dan staf jenderal Perancis membantah bahwa laporan seperti itu ada. Serangan yang meningkat di bagian timur Kabul adalah serangan darat paling mematikan terhadap tentara internasional sejak mereka dikirim ke Afghanistan pada 2001 untuk mengusir rezim garis keras Taliban
.
Menurut Globe and Mail, ke 30 prajurit terjun payung itu kehabisan peluru dan tidak memiliki peralatan komunikasi yang lebih baik, sehingga memaksa mereka menghentikan pertempuran setelah 90 menit.
Tentara itu hanya memiliki satu radio, yang dengan cepat terhenti, dan menyebabkan mereka tidak dapat meminta dukungan udara, sementara pejuang Taliban menggunakan peluru pembakar yang mampu menembakkan lubang di kendaraan lapis baja,
Namun seorang jurubicara militer Perancis membantah laporan itu, dengan mengatakan tidak ada kekurangan peluru dan bahwa kontak radio hanya hilang sebentar setelah seorang tentara yang membawa peralatan tewas.
“Kami senantiasa dapat membalas serangan Taliban. Pasokan telah diterbangkan oleh helikopter pada saat pertempuran yang berakhir sembilan jam,” kata jurubicara kepala staf angkatan bersenjata Kapten Christophe Prazuck.
“Saya dalam posisi untuk mengatakan bahwa tidak ada laporan seperti itu, dari NATO ataupun dari ISAF (Pasukan Bantuan Keamanan Internasional pimpinan-NATO) di Afghanistan,” kata jurubicara aliansi James Appathurai di Brussels.
PM Francois Fillon akan berpidato pada parlemen untuk memunculkan kasus keterlibatan berlanjut, dan mempertahankan keputusan awal tahun ini untuk mengirim 700 tentara tambahan ke Afghanistan. Fillon akan memguraikan langkah keamanan tambahan bagi tentara Perancis, menarik pelajaran dari serangan tersebut yang mana 10 tentara tewas dan 21 tentara yang lain luka-luka.
“Tak dapat dibayangkan bahwa Perancis, salah satu anggota Dewan Keamanan PBB, kekuatan kelima dunia, akan merenung untuk mundur,” ujar Menteri Pertahanan Herve Morin, pekan lalu.
Satu jajak pendapat yang dipublikasikan setelah serangan bulan lalu menunjukkan 55 persen dari rakyat Perancis mendukung penarikan (tentara) dari Afghanistan. Sejumlah pengkritik menyebut keterlibatan Perancis di Afghanistan sebagai pertanda yang mengkhawatirkan dari persekutuan Perancis dengan kebijakan AS di bawah Sarkozy, yang dianggap pro-Amerika dibanding pendulunya Jacques Chirac.
Keprihatinan meningkat akibat situasi tidak stabil di Pakistan yang berdekatan (dengan Afghanistan), tempat serangan bom bunuh diri di sebuah hotel di Islamabad Sabtu (20/9) lalu dan menewaskan hampir 60 orang.
Sekitar 70.000 tentara internasional — 40.000 dari mereka di bawah komando NATO — sedang membantu Afghanistan memerangi Taliban yang terusir dari Kabul dalam invasi pimpinan-AS setelah serangan 11 September 2001 di Amerika. Sementara sisa tentara lain–yang belum lama ini melakukan serangan melintasi perbatasan–terpisah di bawah komando-AS. Serangan itu telah memicu protes kemarahan dari pemerintah Pakistan. (Hanin Mazaya/Republika)