BAMAKO (Arrahmah.id) — Tentara Mali bersama tentara bayaran kulit putih asal Rusia, diduga Wagner Group, didakwa menembaki warga sipil secara membabi buta di sebuah pasar yang terletak di Moura, akhir Maret lalu.
Menurut seorang saksi yang juga pemilik kedai, Amadou, beliau berlari pulang setelah melihat pasukan tentara menyebar menangkapi warga yang ada di pasar.
Namun Amadou akhirnya ditangkap bersama ribuan pria lainnya. Mereka kemudian dibawa ke tepi sungai dengan tangan terikat.
Selama empat hari, mereka dipaksa duduk di bawah hujan dan sinar matahari dengan diberi makan dan minum ala kadarnya. Amadou dan dua saksi lain menyebutkan bahwa secara bertahap pria-pria yang berjumlah ribuan itu dibawah per kelompk untuk ditembak mati di kuburan massal.
“Mereka datang, mereka membawa 15-20 orang dan disuruh berbaris. Kemudian dalam posisi berlutut, mereka ditembaki,” ungkap Amadou, seperti dilansir Reuters (14/4/2022).
“Mereka mengikat kami seperti binatang,” katanya.
Tentara memilih orang untuk dieksekusi berdasarkan etnis dan pakaian mereka, tambah saksi mata
Kebanyakan dari penggembala Fulani dan orang-orang yang berjanggut juga bercelana cingkrang yang dipilih tentara, kata para saksi mata. Mereka dari etnis Bobo dan Bella diperintahkan untuk menggali kuburan.
Para saksi memberikan keterangan mereka di ibu kota Mali, Bamako.
Menurut para saksi hidup, sebagian besar tentara yang membunuh warga sipil adalah orang Mali sendiri. Namun adanya juga lusinan pria kulit putih berseragam tentara yang berbicara dalam bahasa Rusia yang terlibat aktif dalam eksekusi itu.
Para pria kulit putih berbahasa Rusia ini lah yang pertama kali keluar dari helikopter sambil menembaki penduduk yang melarikan diri, kata beberapa saksi hidup.
Reuters tidak dapat memverifikasi keterangan saksi ini secara independen atau mengunjungi Moura langsung. Sebab kota berpenduduk 10.000 orang ini dikuasai kelompok Islam yang terkait dengan al Qaeda.
Tentara Mali sendiri mengakui membunuh 203 anggota militan Islam selama operasi militer di Moura. Namun mereka enggan menjawab adanya laporan eksekusi massal yang ditanyakan Reuters.
Pun demikian dengan Wagner Group, kontraktor militer swasta Rusia yang baru-baru dipekerjakan oleh militer Mali. Mereka tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar terkait hal itu.
Namun keterangan saksi memperkuat bukti yang dikumpulkan oleh Human Rights Watch yang berbasis di New York, yang pekan lalu menuduh bahwa tentara Mali yang dibantu oleh tersangka Rusia membunuh sekitar 300 warga sipil di Moura.
Moura sendiri merupakan sebuah daerah yang sudah bertahun-tahun berada di luar kendali pemerintahan Mali. Karena dikuasai oleh militan Islam, sistem hukum yang berlaku disana adalah syariat Islam. (hanoum/arrahmah.id)