TASHKENT (Arrahmah.com) – Penyiksaan tahanan politik tersebar luas di Uzbekistan, sebuah negara Asia Tengah yang didekati Barat sebagai tempat transit bagi pasukannya di Afghanistan, ujar laporan Human Rights Watch (HRW).
Dalam sebuah laporan yang dikeluarkan HRW pada Jum’at (26/9/2014), HRW mengatakan 34 tahanan politik terkemuka menjadi objek penyiksaan, penculikan, penahanan tanpa komunikasi, dan kurungan isolasi. Kelompok pengawas ini juga menambahkan bahwa badan hak asasi manusia setempat yakin jumlah tahanan politik di Uzbekistan mencapai ribuan orang, lansir Al Jazeera.
Presiden diktator Islam Karimov (76), tidak menolerir perbedaan pendapat di negara bekas Soviet yang memiliki populasi sekitar 30 juta orang.
HRW yang kantor perwakilannya di Uzbekistan telah ditutup pada tahun 2011, mengatakan temuannya didasarkan pada lebih dari 150 wawancara dengan kerabat tahanan, mantan tahanan, aktivis hak asasi manusia dan mantan pejabat negara.
“Berada di balik jeruji besi selama 20 tahun atau waktu yang lebih singkat, orang-orang ini telah keliru dipenjarakan dan bahkan seharusnya tidak menghabiskan waktu satu hari pun di balik jeruji besi,” ujar Steve Swerdlow, peneliti HRW Asia Tengah dan mantan kepala cabang Uzbekistan.
Laporan itu menyebutkan kasus Kayum Ortikov, mantan karyawan di kedutaan Inggris di ibukota Tashkent, yang mengatakan ia telah disiksa selama sembilan bulan di tahun 2009 setelah dinyatakan bersalah dengan tuduhan perdagangan manusia.
Dia mengatakan penyiksaan terhadap dirinya di dalam penjara termasuk membakar alat kelaminnya dengan koran yang terbakar dan diancam akan diperkosa dengan tahanan positiv HIV jika dia tidak mengaku menjadi mata-mata.
Setelah kampanye publik oleh istrinya, kelompok HAM dan wartawan Inggris, Ortikov dibebaskan pada tahun 2011. Dia dan keluarganya melarikan diri dari Uzbekistan dan dipindahkan sebagai pengungsi ke Amerika Serikat.
Pejabat Uzbekistan tidak bisa dihubungi atau menolak untuk berkomentar dalam kasus ini, tetapi di masa lalu Karimov telah menggunakan metode keras untuk menjaga militansi Islam agar tidak berkembang. Pasukannya pernah melakukan tindakan keras terhadap pendemo pada tahun 2005 di kota Andijan yang menewaskan ratusan orang.
Tanpa adanya oposisi politik, Karimov terus mengencangkan cengkeramannya di Uzbekistan dan sepertinya ia akan memenangkan masa jabatan baru sebagai presiden dalam pemilihan Maret mendatang. (haninmazaya/arrahmah.com)