PERANCIS (Arrahmah.com) – Dua pria bersenjata yang telah melancarkan serangan di kantor majalah penghina Islam, Charlie Hebdo, pada Kamis (8/1/2015) dilaporkan melarikan diri ke dalam sebuah hutan dalam perburuan besar terhadap keduanya, lansir DM.
Polisi Perancis segera menutup akses ke hutan tersebut dan telah melacak dua bersaudara itu ke daerah terpencil sekitar 50 km sebelah timur laut dari Paris setelah keduanya dilaporkan “merampok” sebuah pom bensin di dekatnya.
Pada Rabu (7/1), dua bersaudara Kouachi ditetapkan menjadi dua diantara tiga tersangka yang terlibat dalam serangan penembakkan di sebuah kantor majalah anti-Islam yang kerap menghina Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam, Charlie Hebdo, di Paris, Perancis, yang mengakibatkan 12 orang tewas dan empat lainnya mengalami cedera serius.
Said Kouachi (34), dan Cherif Kouachi (32), keduanya dari Paris, diidentifikasi bersama dengan Hamyd Mourad (18), dari kota timur laut, Reims.
Seorang pemimpin redaksi dan kartunis penghina Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam, Stephane Charbonnier, termasuk di antara 12 orang yang tewas dalam serangan itu.
Charbonnier, yang dikenal dengan panggilan Charb, tewas di markas majalah Charlie Hebdo, dimana dia dan jajarannya mencari ketenaran dengan berulang kali menerbitkan karikatur yang menghina Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam.
Dalam perburuan terhadap para “tersangka”, para petugas mengatakan telah menemukan sebuah bom molotov dan “bendera jihad” di mobil Cherif dan Said Kouachi, yang mereka tinggalkan sebelum melarikan diri.
Keduanya, masih bersenjata, melanjutkan pelarian tanpa kendaraan ke dalam Forêt de Retz (Hutan Retz) yang luasnya mencapai 32.000 hektar, yang kira-kira seluas Paris
Polisi khusus yang menyisir pedesaan Perancis kemarin malam juga melakukan pencarian ke sebuah gua yang ratusan kaki panjangnya mencari setiap tanda-tanda kedua pria bersenjata tersebut.
Veronique La Mer, yang rumahnya berjarak 50 meter dari gua bekas tambang itu mengaku menyaksikan pencarian polisi “anti-teror” tersebut.
Ia mengatakan, “Kami melihat polisi menyebar di desa-desa sepanjang hari dan helikopter-helikopter terbang di atas kami. Hutan-hutan ini sangat besar. Anda dapat dengan mudah bersembunyi di sini selama berminggu-minggu.”
Polisi datang dari rumah ke rumah melontarkan pertanyaan kepada penduduk setempat di daerah itu, dan setidaknya ada dua properti yang telah dikelilingi oleh pasukan khusus.
Mereka dipersenjatai dengan senjata otomatis dan pelindung tubuh, sementara helikopter melayang-layang di atas daerah itu.
Petugas terlihat menggedor pintu-pintu serta menanyai orang-orang di sebuah sekolah di dekatnya, dan bahkan para pengunjung dievakuasi dari sebuah restoran saat makan siang.
Pencarian juga dilakukan di berbagai desa lain di utara Perancis, dengan jalan-jalan yang diblok di desa Corcy di Rue de L’Etang.
Kedua kakak beradik itu ‘bersenjata dan berbahaya’, kata polisi Perancis.
Polisi meminta mobil-mobil yang akan melintas untuk berhenti dan memeriksa semua kendaraan yang melintas.
Sementara itu, kemarin malam, para pengguna Twitter mendesak masyarakat untuk menghindari menyalahkan Islam atas serangan itu – dengan mendorong mereka untuk menggunakan hashtag #RespectForMuslims.
Jurnalis Sigolène Vinson mengatakan kepada Radio France Internationale bagaimana ia tidak dibunuh dalam serangan di kantor Charlie Hebdo itu karena ia seorang perempuan.
Ia mengatakan bahwa salah satu pria itu berkata: “Aku tidak membunuhmu karena kau seorang wanita dan kami tidak membunuh wanita.
“Tapi kau seharusnya memeluk Islam, membaca Al-Qur’an dan memakai hijab.” Dia juga menambahkan bahwa pria itu meneriakkan, “Allahu Akbar, Allahu Akbar!”
Sebelumnya, di desa Chouy, polisi bersenjata terlihat menyerbu sebuah gudang tua. Mereka meminta warga desa untuk tidak keluar dan meminta wartawan untuk pergi.
Mereka tampak memeriksa bangunan kosong di mana kedua bersaudara itu mungkin bersembunyi.
Polisi “anti-teror” dan helikopter berkumpul di daerah itu setelah dua orang yang diklaim sesuai dengan deskripsi kedua “tersangka” terlihat di sebuah garasi sekitar empat mil jauhnya.
Petugas stasiun di Villers-Cotterêt mengklaim bahwa “tersangka” melaju ke arah Paris dengan Renault Clio putih yang nomor pelatnya ditutup.
Pencarian kemudian bergeser ke Abbaye de Longpont, di mana manajer restoran Benoit Verdun mengatakan dia diberitahu oleh saudara walikota untuk menutup bisnisnya segera demi keselamatan semua orang.
Dia mengatakan kepada Daily Telegraph: “Ada sebuah helikopter sekarang, tapi aku belum melihat polisi atau mendengar keributan apapun.”
“Hutan di sekitar sini sangat luas, jadi jika saudara-saudara [polisi] sudah di sana, itu akan seperti perburuan besar.”
(banan/arrahmah.com)