YANGON (Arrahmah.com) – Kepala polisi nasional Myanmar telah mengambil alih penyelidikan atas pembunuhan seorang pengacara terkemuka dan penasihat partai yang berkuasa Aung San Suu Kyi, sumber polisi mengatakan, setelah munculnya kebocoran dan komentar yang bertentangan dengan petugas tentang kemajuan penyelidikan sebelumnya, Reuters melansir pada Sabtu (4/2/2017).
Pembunuhan advokat Muslim U Ko Ni (63) – yang ditembak di kepala di luar Bandara Internasional Yangon – telah mengguncang semua pihak di ibukota, di mana tindak kekerasan politik jarang terjadi.
Ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan agama dan komunal di negara berpenduduk mayoritas Buddha tersebut, dengan laporan dari kantor hak asasi manusia PBB pada Jum’at (3/2) mengatakan bahwa kekerasan militer terhadap Muslim Rohingya dalam beberapa bulan terakhir merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Rekan-rekan Ko Ni menuturkan kepada Reuters bahwa Ko Ni bekerja untuk amandemen militer Myanmar, merancang konstitusi untuk membantu agar pemerintahan yang dipimpin oleh Liga Nasional untuk Demokrasi berjalan secara efektif dalam sistem yang membuat militer mengendalikan beberapa kementerian.
Mayor Jenderal Zaw Win, kepala Kepolisian Myanmar, tiba di Yangon dari Naypyidaw, pada Kamis (2/2) untuk mengawasi penyelidikan, yang dipimpin oleh departemen investigasi kriminal kepolisian, dua pejabat polisi menyatakan kepada Reuters.
Pejabat yang ingin dirahasiakan identitasnya itu mengatakan badan intelijen domestik militer juga terlibat dalam penyelidikan.
Seorang agen intelijen militer mengatakan kepada Reuters ia diperintahkan untuk menyelidiki aktivitas Ko Ni beberapa bulan sebelum kematiannya, terutama berkaitan dengan mencari tahu bagaimana tersangka memperoleh senjata api, yang dikontrol ketat izin kepemilikannya di Myanmar, kata pejabat itu.
Tersangka yang melakukan penembakan – disebut oleh polisi sebagai Kyi Linn (53) – ditangkap setelah sekelompok sopir taksi mengejarnya.
Meski ada larangan polisi berbicara secara terbuka tentang kasus ini, foto-foto yang menunjukkan bagian dari laporan interogasi Kyi Linn ini telah menyebar secara online. Pejabat percaya gambar itu bocor setelah polisi menggunakan aplikasi messaging Viber untuk berbagi dengan rekan-rekan mereka.
Kebocoran ini memicu hiruk-pikuk di sejumlah media sosial untuk mengidentifikasi seorang pria yang dikatakan Kyi Linn menyewanya untuk menembak Ko Ni.
Para pengguna Facebook menyebar foto dari sejumlah tersangka, dan mencoba menganalisis rekaman CCTV dari bandara untuk mengetahui jenis konspirasi yang melatarbelakangi pembunuhan Ko Ni. Sementara pada saat yang sama, sebagian besar warga Myanmar tidak percaya polisi, yang berada di bawah kewenangan militer.
Polisi sendiri telah membuat pernyataan yang bertentangan apakah tersangka ada di bawah penangkapan atau tidak. Kantor Presiden Htin Kyaw mengatakan pada Jumat (3/2) bahwa pria berusia 46 tahun bernama Aung Win Zaw telah ditahan di dini hari Senin, hanya beberapa jam setelah penembakan Ko Ni, di negara bagian timur Kayin, yang berbatasan dengan Thailand.
Aung Win Zaw dituduh bersekongkol dengan Kyi Linn membunuh Ko Ni, kata kantor itu dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa polisi sedang mencari tersangka.
Polisi mengatakan Kyi Linn – yang didakwa melakukan pembunuhan – telah dipenjara dua kali di masa lalu di bawah kasus perdagangan artefak Buddha, tapi dibebaskan pada 2014 oleh amnesti yang diberikan mantan Presiden Thein Sein.
Mantan rekan satu selnya kepada Reuters menyatakan bahwa Kyi Linn akan melakukan apa pun “untuk bisnis dan uang”. Ia menambahkan, “Saya kira ia tidak terkait dengan masalah politik dan agama”
Sementara itu, di desa asalnya Sai Lyar, anggota keluarga Kyi Linn dikejutkan oleh berita, yang dilakukan oleh polisi dan wartawan yang mengunjungi komunitas pertanian mereka di Divisi Sagaing sejak Ahad.
“Saya yakin saudara saya tidak akan membunuh seseorang sendiri,” adik Kyi Linn, Win Kyi, kepada Reuters. “Pasti ada seseorang di belakangnya.” (althaf/arrahmah.com)