COX’S BAZAAR (Arrahmah.id) – Kebakaran yang melanda kamp pengungsi terbesar di dunia pekan lalu merupakan “tindakan sabotase yang terencana dan disengaja,” kata para penyelidik.
Kebakaran pada 5 Maret di Bangladesh menyebabkan 15.000 pengungsi Rohingya kehilangan tempat tinggal dan menghancurkan sekitar 2.800 tempat penampungan.
Kelompok militan telah memulai kebakaran untuk “mendominasi” kamp-kamp tersebut, kata pejabat pemerintah yang memimpin penyelidikan, menurut laporan BBC.
Kebakaran terjadi di beberapa tempat sekaligus, yang membuktikan bahwa hal itu telah direncanakan, kata Abu Safian.
Tidak ada korban jiwa. Namun kobaran api menghancurkan rumah-rumah dan menghancurkan jaringan infrastruktur utama -sekolah, klinik medis, dan titik-titik layanan- di beberapa distrik di kamp Cox’s Bazaar.
Panel yang terdiri dari tujuh orang yang dibentuk untuk menyelidiki kebakaran tersebut, mempresentasikan laporannya pada Ahad (12/3/2023) setelah mewawancarai 150 saksi mata.
Panel tersebut merekomendasikan penyelidikan lebih lanjut untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok yang berada di balik insiden tersebut.
Kebakaran terjadi pada pukul 14:30 waktu setempat di Kamp 11 Cox’s Bazaar di tenggara Bangladesh, dan berhasil dikendalikan pada malam hari, demikian laporan tersebut.
Cox’s Bazaar menampung lebih dari satu juta pengungsi yang melarikan diri dari Myanmar setelah tindakan keras militer terhadap etnis minoritas Rohingya.
Mereka tinggal di gubuk-gubuk yang terbuat dari bambu dan terpal plastik tipis. Penuh sesak dan jorok, kamp-kamp pengungsi ini rentan terhadap kebakaran. Laporan awal dari kebakaran menunjukkan bahwa api juga menyebar dengan cepat melalui kompor gas yang umum digunakan di kamp-kamp tersebut.
Antara Januari 2021 dan Desember 2022, terdapat 222 insiden kebakaran di kamp-kamp Rohingya, termasuk 60 kasus pembakaran, menurut laporan kementerian pertahanan Bangladesh yang dirilis bulan lalu.
Pada Maret 2021, setidaknya 15 orang tewas dan sekitar 50.000 orang mengungsi setelah kebakaran besar melanda sebuah kamp di pemukiman tersebut. (haninmazaya/arrahmah.id)