RAFAH (Arrahmah.com) – Kementerian kesehatan Palestina mengumumkan pada hari Senin bahwa 4.000 pasien di Jalur Gaza yang terkepung sangat membutuhkan pengobatan di luar negeri. Oleh sebab itu, juru bicara Ashraf Al-Qidra meminta pihak berwenang Mesir untuk membuka Penyebrangan Rafah, Anadolu melaporkan, sebagaimana dilansir MEMO pada Selasa (22/12/2015).
“Penutupan Penyebrangan Rafah dan sembilan tahun blokade ‘Israel’ di Gaza telah mempengaruhi sistem kesehatan,” jelas Al-Qidra. “Ada kekurangan 30 persen dari obat esensial yang dibutuhkan untuk ginjal, jantung, kanker, darah dan penyakit kronis lainnya.”
Dia menyampaikan komentar ini selama aksi protes yang diselenggarakan di perbatasan. Tahun ini, pemerintah Mesir baru hanya membuka perbatasan selama 21 hari secara total.
Meskipun sebagian besar pasien Palestina mencoba untuk pergi melalui penyebrangan Rafah untuk mendapatkan akses ke perawatan khusus baik di Mesir atau negara lain, penyeberangan Erez ke “Israel” adalah satu pilihan lainnya. Namun penyebrangan ini kerap digunakan sebagai perangkap oleh “Israel” untuk pasien Palestina dan keluarga mereka, kata Al-Qidra. Dia merujuk kebijakan “Israel” yang mencoba menyuap warga Palestina untuk menjadi informan imbalan sebagai syarat untuk diperbolehkan keluar dari Gaza untuk memperoleh perawatan.
Pejabat kementerian juga menunjukkan bahwa pembatasan terbaru yang dilakukan terhadap warga Palestina yang mencari pengobatan untuk penyakit serius oleh “Israel” adalah bahwa saudara laki-laki yang mendampingi mereka harus berusia minimal 55 tahun; perempuan harus minimal 50.
Langkah itu telah dikritik oleh Organisasi Kesehatan Dunia. “Israel”, pada dasarnya, telah mempolitisasi kesehatan. Beberapa pasien Palestina dan wali mereka juga telah ditangkap oleh “Israel” di Erez.
(banan/arrahmah.com)