(Arrahmah.com) – Seorang pria Muslim di negara bagian selatan Myanmar yang mengikuti acara training anggota kelompok ekstrim Buddhis “969” pada awal April kemarin karena dianggap sebagai pemuda Buddha. Dia mengungkapkan dalam wawancara dengan koresponden M-Media group bahwa bhiksu yang mengisi acara tersebut menyampaikan pesan-pesan anti-Muslim kepada para anggota “969.” Berikut terjemahan wawancaranya:
“Pekan lalu, Saya berbicara dengan seorang pria Muslim di negara bagian selatan Myanmar yang berakhir di sebuah acara yang terkait dengan gerakan 969 di awal bulan April.
Dia berdiri di sebuah toko sirih dengan beberapa orang Buddha lainnya. Seseorang mengatakan kepada mereka untuk bergabung dengannya ke Wihara di mana ceramah 969 digelar. Karena dia tidak terlihat seperti pria Muslim yang Khas, dia keliru dianggap seorang penganut Buddha. Dia tidak yakin akan dirinya sendiri mengapa dia bergabung dengan kelompok itu.
Ketika mereka sampai di sebuah Wihara, seorang bhiksu sedang ceramah ide-ide anti-Muslim.
Ketika mereka sampai ke lapangan terdekat, pria itu (bhiksu) mengatakan kepada mereka untuk duduk di tanah. Dia mengatakan kepada orang banyak bahwa orang-orang Burma harus melenyapkan orang-orang “Kalar” (Kalar adalah istilah yang digunakan untuk merendahkan yang dalam bahasa Burma mengacu pada Muslim, red) yang akan segera menyerang umat Buddha. Dia mengatakan bahwa jika umat Buddha tidak mengambil tindakan, orang-orang “Kalar” akan melakukannya, dan oleh karena itu penting untuk melindungi umat Buddha dan orang-orang Bamar (etnis mayoritas di Burma) dari para “teroris Kalar.”
Dia mengatakan kepada kelompok tersebut bahwa dia memberikan pelatihan kepada orang-orang tentang bagaimana untuk menyerang dan bertempur. Dia bersedia untuk memberikan 5.000 Kyat per hari untuk setiap hari latihan, dan untuk hari-hari serangan yang sebenarnya.
Salah seorang di kerumunan bertanya tentang penangkapan oleh polisi. Pria itu menjawab bahwa para anggota kelompok tersebut (969) akan diberikan kartu yang bisa ditunjukkan kepada polisi untuk menghindari penangkapan.
Pria itu juga menyebutkan bahwa keluarga orang-orang tersebut (kelompok 969, red) akan diurus jika sesuatu terjadi kepada para anggota kelompok itu (maksudnya jika seorang anggota tewas).
Pria Muslim itu menjadi gelisah. Dia menyembunyikan wajahnya dengan menundukkan kepalanya selama berlangsungnya acara tersebut. Dia hampir muntah dan pingsan. Setelah satu hari, dia memutuskan untuk secepatnya menghilang dari tempat kejadian. Dia tidak pergi di hari kedua, tetapi pergi ke kota lain karena takut mereka (orang-orang Buddha) akan mencari tahu.”
(siraaj/arrahmah.com)