TEL AVIV (Arrahmah.id) — Dalam sebuah unggahan di media sosial yang sangat provokatif, penulis skenario dan aktor Israel, Gil Kopatz mengeluarkan retorika yang menghasut. Kopatz menyatakan dukungannya terhadap pemusnahan warga Gaza dan mengibaratkan pemberian bantuan kemanusiaan kepada warga Palestina seperti memberi makan hiu.
“Jika anda memberi makan ikan hiu, mereka akan memakan anda. Jika anda memberi makan orang Gaza, mereka akan memakan anda,” tulis Kopatz dalam sebuah unggahan di Facebook awal pekan ini, dikutip dari laman Days of Palestine (27/4/2025)
“Saya mendukung pemusnahan hiu dan mendukung pemusnahan warga Gaza,” tulis Kopatz.
Unggahan tersebut diakhiri dengan tanda tangan yang mengerikan, “Refleksi Hari Holocaust 2025.”
Pernyataan tersebut, yang penuh dengan dehumanisasi dan seruan untuk melakukan kekerasan massal, mendapat kecaman luas di berbagai bidang sosial dan politik.
Ahmad Tibi, seorang politisi Palestina terkemuka dan warga negara Israel, mengecam Kopatz dengan tegas.
“Beginilah cara orang Yahudi ini menandai Hari Peringatan Holocaust. Gil Kopatch, anda adalah seorang neo-Nazi yang merosot,” kata Tibi di X.
Bukannya menarik diri, Kopatz malah menggandakannya di postingan berikutnya, menegaskan kembali kecamannya dengan bahasa yang lebih pedas.
“Saya tidak memiliki setetes pun rasa belas kasihan untuk warga Gaza. Untuk orang Arab pada umumnya, ya. Untuk manusia pada umumnya, ya. Untuk hiu, tidak, dan juga tidak untuk hewan manusia,” tulisnya.
Terlepas dari retorika genosida yang terang-terangan, Kopatz secara paradoks menegaskan konsepsi diri yang bermoral.
“Saya tidak memperlakukan mereka yang tumbuh besar di Gaza dan sejak kecil dicekoki kebencian rasis yang mematikan terhadap keluarga dan saudara-saudari saya, sebagai manusia,” katanya.
“Dan sebagai penutup, ini bukanlah genosida, ini adalah pestisida, dan sangat penting untuk dilakukan,” kata Kopatz.
Pernyataan Kopatz muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran atas wacana yang semakin tidak manusiawi yang muncul dari para pejabat dan tokoh masyarakat Israel sejak dimulainya kampanye militer Israel di Gaza pada Oktober 2023.
Para kritikus berpendapat bahwa bahasa seperti itu tidak hanya mendorong impunitas tetapi juga meletakkan dasar ideologis untuk kekejaman.
Pada awal serangan darat, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengutip kisah Alkitab tentang Amalek, sebuah narasi yang secara historis dikaitkan dengan mandat ilahi untuk pemusnahan, yang memicu kekhawatiran dan tuduhan penghasutan genosida yang meluas. (hanoum/arrahmah.id)