Pekalongan – Lukman Ba’abduh, penulis buku ‘Mereka Adalah Teroris’, dikabarkan sedang sakit. Dia dirawat di sebuah rumah sakit di Pekalongan. Demikian info yang didapatkan dari MyQuran dan pimpinan al Irsyad.
Lukman Ba’abduh selama ini dikenal sebagai seorang ustadz yang berhaluan “salafy” yang menulis buku “Mereka Adalah Teroris”. Buku itu ditulis sabagai bantahan atas buku “Aku Melawan Teroris” yang ditulis Imam Samudera. Dalam perkembangannya, buku tulisan Ba’abduh itu memancing keluarnya buku “Siapa Teroris Siapa Khowarij” yang ditulis Abduh Zulfida Akaha, penerbit Pustaka Al Kautsar.
Seolah tak terima dengan buku bantahan Abduh Zulfida, Lukman Ba’abduh kemudian membuat buku bantahan sebanyak dua jilid, yang masing-masing berjudul “Menebar Dusta Membela Teroris Khowarij” dan “Mengidentifikasi Neo-Khowarij”.
Beberapa waktu lalu, Pustaka al Kautsar merilis buku baru berjudul “Belajar Dari Ulama Salafy” (BAUS) yang merupakan buku bantahan dari “Menebar Dusta Membela Teroris Khowarij” (MDMTK).
Perdebatan diantara dua ustadz tersebut belum pernah berujung pada dialog ‘empat mata’ karena dalam setiap dialog yang diadakan Lukman Ba’abduh tidak pernah hadir.
Ba’abduh Pernah Dipaksa Meminta Maaf
Kontroversi Lukman Ba’abduh ternyata tidak hanya berhenti pada masalah terorisme dan khowarij semata. Sebelumnya, Lukman Ba’abduh pernah tersangkut kasus yang meresahkan masyarakat di Jember akibat sebuah buletin yang diterbitkannya, yang memaksanya untuk meminta maaf di depan para kyai NU.
Kasus itu berawal dari munculnya bulletin Al Ilmu di Jember, Jatim, yang dalam tulisannya kerapkali menyerang tradisi NU, dua tahun silam. Buletin Al Ilmu itu sendiri dibuat di bawah pengawasan Lukman Ba’abduh. Dengan semangat ilmiah, PCNU Jember kemudian bergerak menulis buku bantahan dari bulletin Al Ilmu yang meresahkan masyarakat dan menyinggung warga nahdliyin.
Setelah itu Lukman diajak adu argumentasi secara terbuka. Berkali-kali diajak tidak mau, akhirnya kasusnya dibawa ke FKUB (Forum Komunikasi Umat Beragama). Di depan FKUB, Lukman meminta maaf dan menghentikan tulisannya yang banyak menyinggung perasaan umat Islam itu.
Dalam sebuah kesempatannya, Drs. KH. Abdullah Syamsul Arifin, MHi., salah seorang Wakil Katib Syuriah PWNU mengatakan, “Mestinya seorang penulis itu berani mempertanggungjawabkan apa yang ditulis, bukan malah menghindar. Itu kan sama artinya tidak yakin dengan apa yang dia tulis sendiri,” tandas kyai yang juga dosen STAIN Jember itu. (bbs/md)