AMERIKA SERIKAT (Arrahmah.id) — Penulis Amerika, Fareed Zakaria, memperingatkan dalam artikelnya di Washington Post bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump telah menghancurkan dalam 100 hari saja, apa yang dibangun rakyat Amerika selama satu abad dalam bidang keunggulan ilmiah dan inovasi.
Zakaria menilai bahwa bahaya terbesar dari pemerintahan Trump bukanlah perang dagang melawan China, melainkan serangan sistematis terhadap universitas-universitas dan pemangkasan besar-besaran pendanaan untuk riset ilmiah, yang pada akhirnya akan memberi peluang bagi China untuk melampaui Amerika Serikat dalam waktu dekat.
Tiga Kekuatan Penggerak Perubahan
Zakaria menjelaskan bahwa kebangkitan ilmiah Amerika Serikat berakar pada tiga kekuatan utama.
Kekuatan pertama adalah gelombang besar imigrasi ilmuwan dari Eropa, khususnya para Yahudi yang melarikan diri dari penindasan Nazi, dan kemudian berkontribusi mendirikan berbagai lembaga riset di Amerika.
Kekuatan kedua adalah kehancuran dahsyat akibat dua Perang Dunia yang meluluhlantakkan Eropa dan Asia, meninggalkan Amerika Serikat sebagai kekuatan dominan secara ekonomi dan ilmiah sementara negara-negara besar lainnya hancur.
Kekuatan ketiga adalah keputusan strategis pemerintah Amerika untuk berinvestasi besar-besaran dalam penelitian ilmiah, dengan mengalokasikan sekitar 2,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk riset dan pengembangan. Pendekatan ini didasarkan pada pendanaan yang kuat untuk universitas negeri dan swasta tanpa campur tangan politik, menciptakan iklim kompetisi bebas dan inovasi.
Kebijakan Trump Membalikkan Arah
Namun hari ini, kata Zakaria, ketiga kekuatan tersebut tengah dibalikkan. Pemerintahan Trump melancarkan serangan terhadap universitas-universitas Amerika, menarik miliaran dolar pendanaan, dan meningkatkan tekanan politik terhadap lembaga-lembaga ilmiah, sambil memangkas anggaran penelitian federal vital.
Akibatnya, institusi-institusi terkemuka seperti National Institutes of Health (NIH) dan National Science Foundation (NSF) mulai kehilangan kemampuannya untuk berinovasi.
Sementara itu, China terus melaju pesat di bidang sains dan teknologi. Negara tersebut kini mengungguli Amerika Serikat dalam berbagai indikator penting: memimpin dalam jumlah artikel ilmiah yang dipublikasikan di jurnal terkemuka dan dalam jumlah paten yang diajukan secara global.
Jumlah universitas China yang masuk dalam daftar 500 universitas terbaik dunia juga melonjak dari 27 pada 2010 menjadi 76 pada 2020, sementara universitas Amerika justru menurun dari 154 menjadi 133 dalam periode yang sama.
Keunggulan terakhir Amerika — menarik talenta terbaik dunia — kini juga terancam.
Beralih ke Negara Lain
Kebijakan imigrasi yang ketat di bawah Trump menyebabkan pembatalan ratusan visa, serta peningkatan pembatasan terhadap mahasiswa dan peneliti asing, yang mendorong banyak dari mereka memilih negara lain seperti Kanada dan Australia.
Zakaria menambahkan bahwa 75 persen peneliti yang disurvei oleh Nature menyatakan mereka mempertimbangkan untuk meninggalkan Amerika Serikat.
Ia mengakhiri artikelnya dengan peringatan bahwa fondasi kekuatan Amerika sedang dihancurkan dengan kecepatan mengkhawatirkan, mengancam posisi global yang butuh satu abad untuk dibangun.
(Samirmusa/arrahmah.id)