WASHINGTON (Arrahmah.com) – Perdana Menteri alternatif yang juga menjabat Menteri Pertahanan ‘Israel’ Benny Gantz telah mencapai kesepakatan dengan Menteri Pertahanan AS Mark Esper untuk membentuk komite di Pentagon yang akan memastikan supremasi militer Zionis dan memberi kompensasi kepada tentara ‘Israel’ atas keputusan untuk menyelesaikan kesepakatan senjata modern dengan militer Uni Emirat Arab.
Dalam sebuah pernyataan, Rabu (23/9/2020), Departemen Pertahanan AS mengatakan Esper berjanji kepada Gantz bahwa Amerika Serikat “akan mempertahankan keunggulan kualitatif ‘Israel’ di Timur Tengah”. Dia membuat janji di awal pertemuan Pentagon dengan pemimpin ‘Israel’.
Menurut pernyataan tersebut, Esper menekankan bahwa ‘Israel’ adalah mitra strategis terpenting Amerika di Timur Tengah.
“Kemitraan kami dibangun dari generasi ke generasi berdasarkan nilai-nilai bersama, kesamaan minat, dan kepedulian bersama,” ujarnya.
Sumber, yang menemani Gantz selama kunjungannya ke Washington, mengatakan bahwa Gantz tidak hanya membahas kesepakatan senjata dengan UEA, tetapi juga “visi bersama untuk menangani Iran”.
Gantz juga bertemu selama kunjungan 24 jamnya dengan penasihat dan menantu presiden AS, Jared Kushner, Penasihat Keamanan Nasional Robert O’Brien, dan Kepala Staf AS, Jenderal Mark Milley.
“Kami berterima kasih atas upaya AS untuk membawa perdamaian dan komitmennya pada supremasi militer ‘Israel’,” katanya usai pertemuannya dengan Kushner.
Menurut sumber di Tel Aviv, Gantz mengusung serangkaian tuntutan baru yang dibuat oleh tim yang terdiri dari Kementerian Keamanan dan Komando Angkatan Darat yang diketuai oleh Jenderal Tomer Bar, seorang calon pemimpin Angkatan Udara ‘Israel’.
Sebuah laporan Reuters pada hari Selasa (22/9) mengungkapkan bahwa Amerika Serikat dan UEA berharap untuk memiliki kesepakatan awal tentang penjualan jet tempur siluman F-35 ke negara Teluk pada bulan Desember.
Sumber yang dekat dengan negosiasi tersebut mengatakan tujuannya adalah untuk memiliki surat kesepakatan pada saat Hari Nasional UEA dirayakan pada 2 Desember.
Pada hari Rabu (23/9), Duta Besar AS untuk ‘Israel’ David Friedman meyakinkan Israel bahwa Qualitative Military Edge (QME) negara itu tidak berisiko.
“Emirat telah mencoba mendapatkan F-35 selama enam atau tujuh tahun,” kata Friedman dalam wawancara yang direkam.
“Waktu pengiriman mungkin enam atau tujuh tahun lagi dari sekarang,” tambahnya. (Althaf/arrahmah.com)