WASHINGTON (Arrahmah.com) – Rencana militer AS untuk melakukan pemeriksaan di kamp-kamp pengungsi dan organisasi-organisasi yang membantu korban banjir di perbatasan Pakistan-Afghanistan dan disinyalir akan dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi penargetan dalam rangka menentukan target penyerangan udara, memicu kekhawatiran di kalangan diplomat di Islamabad.
Pada pertengahan 2008, departemen pertahanan AS perintah operasi khusus yang diminta kedutaan besar AS di Kabul dan Islamabad untuk memberikan informasi tentang kamp-kamp pengungsi Afghanistan perumahan atau warga sipil terlantar akibat pertempuran dengan Taliban, menurut sebuah telegram yang bocor ke publik.
“Mereka telah meminta informasi mengenai nama dan lokasi perkemahan, status kamp, jumlah pengungsi, etnis, dan LSM/organisasi-organisasi bantuan kemanusiaan yang bekerja di kamp-kamp,” seperti yang diungkapkan kedutaan Islamabad.
Kantor Atase Pertahanan diperintahkan untuk “menjangkau” informasi yang ada di UNHCR (badan pengungsi PBB), USAid dan departemen luar negeri.
Informasi tersebut diminta sebagai respon bagi komando operasi khusus (misi rahasia AS antar benua), merujuk pada aktivitas para pengungsi dan berbagai badan bantuan kemanusiaan di sana.
Para diplomat tampak khawatir dengan gagasan itu. “Kami prihatin tentang penyediaan informasi yang diperoleh dari organisasi-organisasi kemanusiaan kepada personil militer, terutama untuk alasan-alasan yang tetap tidak jelas.”
Kedutaan secara singkat mencatat bahwa permintaan tersebut sudah bisar dipastikan akan diarahkan ke kepala CIA di Kabul dan Islamabad perwakilan lokal direktur intelijen nasional.
Menurut laporan Guardian pada Rabu (1/12/2010), permintaan terjadi tiga bulan setelah angkatan laut AS melakukan serangan lintas-perbatasan pada basis militan di Waziristan Selatan yang memicu kemarahan dari pejabat Pakistan.
Target yang paling mungkin dari setiap serangan AS terhadap kamp pengungsi akan berada di barat provinsi Balochistan, yang disinyalir sebagai tempat tinggal dewan kepemimpinan Taliban, Shura Quetta. Laporan dari kedutaan besar menunjukkan pejabat AS dan Pakistan khawatir kamp-kamp tersebut digunakan oleh kelompok-kelompok yang pro Taliban untuk melatih dan merekrut.
“Bagian satunya Balochistan, Taliban ada di kamp-kamp pengungsi Afghan, yang rencananya akan kami tutup,” kata Presiden Pervez Musharraf pada Senator John McCain pada bulan April 2007.
Tetapi meskipun janji berulang, pemerintah Pakistan telah gagal untuk menutup kamp terbesar dan paling terkenal di Balochistan seperti Girdi Jungle dan Jungle Pir Alizai. (althaf/arrahmah.com)