BEIRUT (Arrahmah.id) – Ratusan demonstran, kebanyakan pensiunan militer, bentrok dengan pasukan keamanan di pusat kota Beirut pada Rabu (22/2/2023) sebagai protes atas kondisi kehidupan yang memburuk dengan cepat karena menurunnya lira.
Pada Selasa (21/3), Lira Libanon anjlok menjadi 140.000 lira terhadap dolar AS – devaluasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan penurunan nilai hampir 99 persen dari nilai tukar tiga tahun sebelumnya.
Para pensiunan, yang sebagian besar mendapat pensiun yang tidak melebihi US$50 per bulan, berusaha menyerbu parlemen dan Perdana Menteri, merobohkan kawat berduri dan melewati pasukan keamanan.
Pasukan keamanan menembakkan gas air mata sebagai tanggapan untuk membubarkan pengunjuk rasa.
“Hak-hak kami dirampas. Standar hidup kami rendah, kami bahkan tidak punya cukup uang untuk menyewa,” Samir al-Moqdad, seorang pensiunan yang mengabdi selama 26 tahun di Pasukan Keamanan Dalam Negeri (ISF) negara itu, kepada The New Arab.
Penghasilan Al-Moqdad adalah 7 juta lira dari pensiunnya sebulan, setara dengan sekitar US$50 dengan kurs saat ini.
Iyad Mohammed, juga seorang pensiunan yang mengabdi lebih dari dua dekade di ISF mengatakan bahwa dia harus mengambil pekerjaan sampingan setelah pensiun untuk memenuhi kebutuhan.
“Saya sering berjalan kaki atau bersepeda ke kantor untuk menghemat bahan bakar dan tetap sehat karena saya tidak mampu membayar dokter,” kata Mohammed kepada TNA.
Lira terus menurun sejak krisis keuangan negara pada musim gugur 2019.
Namun, dalam beberapa pekan terakhir, penurunannya sangat tajam, turun dari 90.000 lira menjadi 140.000 per dolar selama periode tiga pekan.
Libanon, yang saat ini tanpa presiden dan diperintah oleh pemerintah sementara yang tidak dipilih, hampir tidak melakukan apa pun untuk menahan jatuhnya mata uang negara itu.
IMF telah menjanjikan dana lebih dari US$3 miliar jika Libanon melakukan reformasi ekonomi, tetapi pemerintah belum memberikan satu pun reformasi yang berarti sejak awal krisis.
Hilangnya daya beli secara dramatis telah mendorong barang-barang kebutuhan pokok di luar jangkauan kebanyakan orang Libanon.
Supermarket dan restoran sekarang memberi harga barang-barang mereka dalam dolar, menciptakan kejutan yang melemahkan bagi orang Libanon yang masih berpenghasilan lira Libanon.
Harga barang dalam lira berfluktuasi sepanjang hari karena nilai tukar naik dan turun tanpa peringatan.
Kementerian Energi dan Air biasanya mengumumkan harga bensin sepekan sekali, sekarang menerbitkan harga dua kali sehari.
Meski begitu, SPBU kadang-kadang akan tutup pada hari itu jika lira terus anjlok, menunggu daftar harga hari berikutnya diterbitkan sehingga mereka dapat menghasilkan lebih banyak uang. (zarahamala/arrahmah.id)