LONDON (Arrahmah.id) – Awal bulan ini, Unilever melaporkan pertumbuhan penjualan kuartal keempatnya di Asia Tenggara terdampak oleh pembeli di Indonesia yang memboikot merek-merek perusahaan multinasional tersebut “sebagai respon terhadap situasi geopolitik di Timur Tengah”.
“Di Indonesia, rumah bagi lebih dari 200 juta Muslim, penjualan kuartal keempat Unilever turun dua digit,” kata perusahaan itu sebagaimana dilansir dari Middle East Monitor, Kamis (8/2/2024).
CEO Unilever Hein Schumacher mengatakan perusahaan sebaliknya tidak melihat dampak material terhadap rantai pasokan, sebagai akibat dari masalah “Israel”-Palestina dan serangan terkait pada kapal yang terkait dengan “Israel” di Laut Merah.
“Ada beberapa gangguan kecil untuk beberapa bahan utama dan pengiriman dan sebagainya, jadi ada beberapa penundaan tetapi saya tidak akan menyebut materi,” kata Schumacher.
“Kami bekerja sama dengan pengirim dan operator besar dan saya sadar mereka mengambil rute yang lebih panjang.” Tambahnya.
Selain Unilever, Nestlé juga melihat adanya keraguan di kalangan konsumen dan preferensi terhadap merek lokal di Timur Tengah sejak dimulainya agresi “Israel” yang menghancurkan Jalur Gaza yang terkepung, kata CEO Nestlé dalam panggilan telepon dengan wartawan pada Kamis (22/2), lansir Reuters.
Sementara itu, jaringan restoran cepat saji asal Amerika, McDonald’s, pada awal bulan ini, mengatakan pihaknya gagal mencapai target penjualan untuk pertama kalinya dalam hampir empat tahun pada kuartal terakhir, hal ini dipengaruhi oleh lemahnya pertumbuhan penjualan pada bisnisnya di Timur Tengah, di tengah krisis yang terjadi di Timur Tengah dan gelombang boikot yang dipicu oleh dukungan cabang perusahaan di “Israel” terhadap serangan tentara di Gaza.
Perusahaan makanan cepat saji raksasa ini adalah salah satu dari beberapa merek Barat yang menyaksikan protes dan kampanye boikot karena posisinya yang pro-“Israel” dalam agresi di Gaza.
Penjualan merek di pasar pengembangan internasional yang dilisensikan oleh McDonald’s meningkat 0,7 persen pada kuartal terakhir, jauh lebih rendah dari perkiraan pertumbuhan 5,5 persen, menurut data dari London Stock Exchange Group.
Pada Januari, CEO McDonald’s, Chris Kempczinski, mengatakan sejumlah pasar di Timur Tengah dan negara lain di luar wilayah tersebut mengalami “dampak nyata terhadap bisnis” akibat perang di Gaza, selain “informasi yang salah” tentang merek tersebut. (zarahamala/arrahmah.id)