(Arrahmah.id) – Tahun baru masehi 2023 semakin dekat. Kebanyakan orang akan merayakan malam pergantian tahun baru dengan gagap gempita.
Lantas, bagaimana hukum merayakan tahun baru masehi bagi umat Islam?
Ustadz Abdul Somad (UAS) menjelaskan bahwa dalam perayaan tahun baru masehi terdapat sejumlah ritual yang tidak ada dalam Islam atau biasa dilakukan oleh non-Muslim.
Dalam video yang diuggah di kanal YouTube TAMAN SURGA NET, Ustadz Abdul Somad mejelaskan sejarah kalender masehi buatan non-Muslim.
“Apakah boleh pakai alat non-Muslim? Boleh, kamera buatan non-Muslim? Boleh dipakai, termasuk kalender boleh,” kata UAS.
“Namun, ketika masuk dalam ritual, misalnya meniup terompet, lalu menyalakan lilin, itu tradisi non-Muslim,” lanjut UAS.
UAS menjelaskan bahwa hal tersebut termasuk membuang-buang waktu.
“Apalagi sampai membawa anak gadis orang yang bukan muhrim, sudah termasuk pelanggaran syariat,” paparnya.
Namun, UAS menjelaskan jika malam tahun baru diisi dengan dzikir dan dilanjutkan i’tikaf di masjid, maka hal tersebut sah-sah saja. Jika tidak ada maka lebih baik segera tidur setelah isya’.
Adapun tradisi seperti bakar-bakaran, misalnya bakar jagung, ayam, dan lain-lain sebagai hidangan di malam tahun baru, maka UAS mengungkapkan hal itu sesuai dengan niat dari yang melakukan bakar-bakaran.
“Membakar ayam itu sah-sah saja, yang tidak boleh adalah meyakini semakin tinggi asap semakin banyak rezeki, itu sudah merusak akidah,” tutur UAS.
Tahun baru masehi identik dengan menyalakan kembang api, sejalan dengan pengagungan api yang menjadi tradisi Kaum Majusi (penyembah api).
Begitupula meniup terompet yang disebut menjadi tradisi Yahudi dan membunyikan lonceng sebagai tradisi Nasrani.
Maka UAS pun menjelaskan dengan menukil hadits dari Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah SAW pernah bersabda yang Artinya: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.” HR. Abu Daud no. 4031, dishahihkan oleh Al Albani.
Selain itu dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.” Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah SAW, Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi? Beliau menjawab, Selain mereka lantas siapa lagi?” (HR. Bukhari No. 7319).
UAS juga memberi solusi yang tepat bagi umat Islam dalam menyikapi jelang akhir dan awal tahun baru masehi 2023 nanti.
UAS memberikan sedikit penjelasan tentang keharaman bagi umat Islam merayakan tahun baru 2023 atau tahun baru masehi.
“Ada baiknya pemuda-pemuda dikumpulkan sejak pukul 10 hingga tengah malam akhir tahun sampai pagi di awal tahun 2023 nanti untuk dikumpulkan di masjid,” terang UAS.
Dan di masjid pemuda-pemuda jika tidak tergerus kepada perbuatan yang haram ada baiknya untuk datangi masjid, ajak kajian dan salawat sebanyak-banyaknya.
Dan yang paling penting juga adalah pemuda-pemuda diajak untuk muhasabah diri serta perbaiki diri menjadi lebih baik di tahun 2023 yang tinggal menghitung harinya.
Menurut Ustadz Abdul Somad, tindakan seperti ini adalah yang paling tepat.
Kegiatan-kegiatan seperti ini sangat perlu dilakukan untuk menyelamatkan pemuda muslim dari berkeliaran pada malam tahun baru yang bisa membahayakan dirinya. (rafa/arrahmah.id)