(Arrahmah.com) – Harakah Ahrar Asy-Syam Al-Islamiyah adalah salah satu jama’ah jihad Islam yang dibentuk pada awal revolusi bersenjata melawan rezim Nushairiyah Suriah pada Maret 2011. Selama dua setengah tahun lebih jihad di Suriah, kelompok jihad yang mencita-citakan penegakan Daulah Islam dan penerapan syariat Allah ini telah mempersembahkan lebih dari 1000 syuhada’.
Pada bulan Januari 2014 ini Harakah Ahrar Asy-Syam Al-Islamiyah terlibat konflik bersenjata dengan jama’ah Daulah Islam Irak dan syam (ISIS), khususnya di Aleppo, Raqqah dan Idlib. Pada hari Kamis (27/1/2014) lalu Harakah Ahrar Asy-Syam Al-Islamiyah merilis pernyataan audio resmi Amir mereka, Syaikh Abu Abdullah Al-Hamawi Hasaan Abud hafizhahullah. Pesan audio itu berdurasi 19 menit 7 detik dan dirilis melalui situs resmi kelompok ini, ahraralsham.
Dalam pernyataan audio tersebut, Abu Abdullah Al-Hamawi menjelaskan beberapa hal.
Pertama, latar belakang dan perkembangan terbaru konflik bersenjata antara kelompok Harakah Ahrar Asy-Syam dan kelompok Daulah Islam Irak dan Syam.
Kedua, kelompok Ahrar Asy-Syam menyatakan dukungannya terhadap proposal perdamaian yang digagas oleh Syaikh Abdullah bin Muhammad Al-Muhaisini hafizhahullah dan Markazu Du’atil Jihad.
Ketiga, kelompok Ahrar Asy-Syam mengingatkan kelompok oposisi sekuler [Aliansi Nasional] yang terlibat dalam konferensi Jenewa 2 bahwa perundingan dengan rezim Nushairiyah Suriah tidak memberi manfaat apapun bagi rakyat muslim Suriah. Nasib rakyat Suriah hanya ditentukan dengan jihad di kancah Suriah, bukan lewat perundingan damai dan kompromi dengan pihak Barat dan resim Nushairiyah.
Berikut ini terjemahan dari pernyataan resmi Amir Harakah Ahrar Asy-Syam Al-Islamiyah tersebut.
Penjelasan Syaikh Abu Abdullah Al-Hamawi seputar peristiwa-peristiwa terbaru dalam kancah Syam
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Segala puji bagi Allah semata Rabb seluruh alam. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada nabi kita Muhammad pemimpin mujahidin, keluarganya dan sahabatnya serta setiap orang yang meniti jalannya sampai hari pembalasan. Amma ba’du.
Kami telah menahan diri dalam waktu yang lama dari merilis pernyataan secara terang-terangan mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di belahan timur dan utara negeri kita ini. Kami mempersilahkan waktu dan kesempatan kepada orang-orang yang mengusahakan perdamaian [juru damai] agar mereka menangani persoalan kancah ini sebelum keadaan meledak setelah kemunculan fatwa-fatwa yang mengkafirkan, memurtadkan dan mendeklarasikan peperangan dari beberapa pihak, dan negeri ini terperosok dalam kubangan peperangan dimana pihak yang pertama kali mengalami kerugian adalah jihad di negeri Syam ini.
Kami dalam kelompok Harakah Ahrar Asy-Syam Al-Islamiyah dan Jabhah Islamiyah secara umum telah berusaha sejak awal terjadinya episode serangan dari pihak Jama’ah Daulah Islam Irak dan Syam untuk mendinginkan suasana dan berupaya keras tidak terlibat dalam serial apapun dari episode konflik yang panjang ini.
Kami tidak pernah berhenti menuntut mereka untuk tunduk kepada hukum syariat dan menerima inisiatif-inisiatif perdamaian dari para ulama yang mulia, seperti yang terjadi pada kasus penculikan dan pembunuhan terhadap penanggung jawab bidang bantuan kemanusiaan kami Abu Ubaidah Al-Binisyi, kasus pemenggalan kepada saudara kita mujahid Muhammad Faris, dan kasus pendudukan terhadap tempat-tempat tinggal kami, perebutan secara paksa markas-markas kami, perampasan barang-barang kepemilikan kami, penangkapan dan penyiksaan terhadap anggota-anggota kami, kemudian pembunuhan terhadap para komandan kami setelah mereka disiksa dan dicincang mayatnya seperti terjadi pada kasus akh Doktor Abu Rayyan rahimahumullah. Belum lagi masalah-masalah ghulul (mengambil harta rampasan perang sebelum dibagi oleh komandan, edt) dan tindakan aniaya mereka saat menyertai dalam sejumlah pertempuran.
Seakan-akan tujuan dari semua tindakan mereka itu adalah menyeret kami secara paksa untuk terlibat dalam peperangan dengan mereka. Saat keganasan peristiwa-peristiwa yang terjadi paling akhir ini meledak ketiga brigade-brigade pejuang mencegah konvoi-konvoi pasukan bantuan agar tidak sampai di kota Atarib dan Batalion 46 agar pembunuhan tidak meluas terhadap kaum muslimin yang tak bersenjata lagi tertindas, khususnya mereka yang diserang secara zalim dengan meriam-meriam berat dan tank-tank, dan kami berupaya keras agar masing-masing dari kedua belah pihak tidak melakukan serangan terhadap pihak yang lain di wilayah-wilayah yang lain, tiba-tiba kami dikejutkan oleh peningkatan kampanye serangan yang zalim dan aniaya dari pihak jama’ah Daulah Islam yang bertumpu kepada memperturutkan persangkaan dan hawa nafsu serta bermudah-mudah dalam melakukan kezaliman dan aniaya, sampai-sampai mengenai saudara-saudara kami yang berangkat untuk ribath di front Aleppo, dimana jama’ah Daulah Islam melucuti senjata mereka dan menjebloskan mereka ke dalam penjara jama’ah Daulah Islam.
Kemudian tindakan mereka berlanjut dengan merampas markas-markas kami, senjata-senjata dan kekuatan kami, membunuh orang-orang yang memilih ditawan karena keenganan mereka untuk membela diri mereka seperti yang terjadi di Raqqah, serta membatalkan secara sepihak perjanjian-perjanjian dan kesepakatan-kesepakatan yang dibuat dengan mereka seperti di wilayah Ma’dan dan lainnya.
Kemudian bom-bom mobil mereka mulai menghantam markas-markas dan posko-posko Harakah Ahrar Asy-Syam di Deir Ezzur, Aleppo, dan Idlib secara aniaya dan agresif, pada waktu dimana kami telah membuka markas-markas kami untuk menerima dengan tangan terbuka orang-orang mereka yang berlindung kepada kami karena mereka tidak mau melibatkan diri dalam pertumpahan darah.
Bahkan mereka menggambarkan situasi yang terjadi dengan melakukan penipuan dan memutar balikkan fakta, dimana mereka menyatakan terjadi pemberontakan penduduk Syam terhadap orang-orang yang berhijrah ke Syam untuk berjihad dan menolong penduduk Syam. Mereka pun mulai gencar menyebar luaskan kebohongan-kebohongan tentang serangan terhadap kehormatan muhajirin guna membangkitkan kemarahan orang-orang yang masih ragu-ragu untuk memerangi mujahidin Syam.
Padahal saudara-saudara kami muhajirin yang berjihad dan menolong penduduk Syam bagaimana penduduk Syam sangat mencintai muhajirin, dimana penduduk Syam menyambut kedatangan para pendahulu muhajirin dengan penuh kegembiraan karena kecintaan muhajirin kepada sebaik-baik penduduk Allah [penduduk Syam, edt].
Maka penduduk Syam menyambut mereka dengan antusias, membuka hati mereka dengan penuh kecintaan kepada muhajirin sebelum mereka membuka lebar-lebar negeri mereka untuk muhajirin. Penduduk Syam mengikat jalinan pernikahan dan kecintaan dengan muhajirin, sampai datanglah setan yang menghembuskan tipu dayanya dan muncul orang-orang yang menimbulkan rusaknya hubungan di antara penduduk Syam dan muhajirin, demi memecah belah barisan dan merobek-robek ikatan ukhuwah.
Sarana mereka dalam melancarkan perpecahan tersebut adalah kebohongan, mereka-reka berita palsu dan menggerakkan emosi masyarakat dengan cara membeberkan rentetan berita bohong mengenai penawanan dan pemerkosaan para wanita yang suci oleh milisi-milisi Shahwat dan orang-orang murtad, menurut tuduhan mereka. Sungguh mereka telah berbohong dan memberikan kepada Allah kesaksian palsu.
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْكَاذِبُونَ
“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka Itulah orang-orang pendusta.” (QS. An-Nahl [16]: 105)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam telah memperingatkan agar tidak menempuh cara ini. Beliau bersabda:
وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ
“Jauhilah oleh kalian sikap dusta, karena sesungguhnya dusta itu mengantarkan kepada kemaksiatan dan sesungguhnya kemaksiatan itu mengantarkan kepada neraka.” (HR. Muslim no. 4721, Abu Daud no. 4337, Tirmidzi no. 1894, dan Ibnu Majah no. 45)
Seluruh berita bohong yang mereka sebarkan telah disangkal oleh sejumlah muhajirin yang jujur seperti Syaikh Al-Muhaisini, orang-orang Khurasan [Afghanistan, Uzbekistan, Tajikistan, edt] dan lain-lain. Cukuplah membantah para pembohong yang membuat-buat berita palsu sikap Al-Anbari wakil dari [Syaikh Abu Bakar] Al-Baghdadi yang meninggalkan ratusan wanita dan anak-anak muhajirin pada perlindungan mujahidin Syam, maka sebenarnya ia mengetahui kebatilan tuduhan-tuduhan dusta tersebut.
Sudah dikenal luas bahwa muhajirin bagi kami adalah saudara-saudara yang kami cintai, leher-leher kami [nyawa-nyawa kami] sebagai pelindung bagi leher-leher mereka. Barangsiapa ingin melakukan kezaliman terhadap mereka maka kami, insya Allah, yang akan melindungi dan menolong mereka.
Meskipun disana ada peristiwa terpisah atau satu dua peristiwa yang dilakukan oleh para perampok pelaku kerusakan di muka bumi dan antek-antek rezim yang bergerak di tengah suasana kekacauan dan kerusuhan, dimana kami bukanlah pihak yang mengadakan gerombolan mereka.
Maka tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada kami terhadap kehormatan saudari-saudari kami [para wanita muhajirin]. Kami telah mengumumkan sejak awal bahwa barangsiapa mengulurkan tangannya untuk berbuat jahat kepada kehormatan kaum muslimin, maka kami akan memperlakukannya dengan kekuatan besi dan api [tindakan tegas].
Semoga Allah membalas kebaikan kepada saudara-saudara kita di Idlib dan Aleppo yang telah melindungi kehormatan saudari-saudari kita [para wanita muhajirin] dan memudahkan bagi mereka jalan keluar yang aman pada saat berlangsungnya pertempuran dan kekacauan. Tindakan-tindakan mereka dalam hal itu sudah diketahui dan dikenal luas sehingga mematahkan kepalsuan para penebar berita-berita palsu.
Adapun muhajirin yang telah disesatkan sehingga mereka mencelakakan diri mereka sendiri dan mengetuk pintu neraka Jahannam dengan tergesa-gesa menjemput ancaman Rabb mereka, dimana mereka bangkit melakukan serangan bom mobil terhadap posko-posko dan markas-markas mujahidin; kami katakan kepada mereka:
“Tidakkah kalian membaca di dalam kitab Allah ancaman yang menggoncangkan dan peringatan agar tidak terburu-buru melemparkan vonis-vonis kafir dan murtad terhadap orang yang secara lahiriahnya Islam?”
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا ضَرَبْتُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَتَبَيَّنُوا وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ أَلْقَى إِلَيْكُمُ السَّلَامَ لَسْتَ مُؤْمِنًا تَبْتَغُونَ عَرَضَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فَعِنْدَ اللَّهِ مَغَانِمُ كَثِيرَةٌ كَذَلِكَ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلُ فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْكُمْ فَتَبَيَّنُوا إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kalian mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam” kepada kalianmu [Dimaksud juga dengan orang yang mengucapkan kalimat: laa ilaaha illallah]: “Kamu bukan seorang mukmin” (lalu kalian membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. begitu jugalah keadaan kalian dahulu [Maksudnya: orang itu belum nyata keislamannya oleh orang ramai kalian pun demikian pula dahulu], lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya kepada kalian. Maka telitilah! Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS. An-Nisa’ [4]: 94)
Sekali-kali tidak akan berguna bagi kalian beralasan dengan ta’wil, tdak pula sikap kalian yang mengikuti fatwa-fatwa bohong dan palsu. Sebab para ulama syariat kalian telah bersandar kepada alasan-alasan pengkafiran yang sebelumnya belum pernah seorang pun dari kalangan kaum muslimin memakainya.
Maka inilah kami mengulang kembali seruan kami kepada mereka untuk mengadakan debat ilmiah dalam masalah-masalah agama dan keyakinan yang mereka ada-adakan. Sekali-kali tidak akan bermanfaat bagimu, wahai orang yang melakukan serangan bom ke tengah barisan kaum muslimin agar engkau bisa “meminum” darah mereka dan melegakan hatimu dengan cerai-beraian jasad mereka, sekali-kali tidak akan bermanfaat bagimu statusmu sebagai seorang tentara yang hanya mendengar dan menaati perintah pimpinanmu.
Setiap pemimpin yang diikuti yang engkau melampaui batasnya [sebagai seorang manusia yang bisa benar dan bisa salah, edt] adalah thaghut dan engkau mati di atas jalannya [karena melakukan serangan bom atas perintahnya, edt] sebagaimana dijelakan oleh imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah. Renungkanlah firman Allah Ta’ala:
إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْأَسْبَابُ (166) وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ (167)
“(Yaitu) ketika orang-orang [pemimpin] yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa Allah; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.
Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.” (QS. Al-Baqarah [2]: 166-167)
Maka kembalilah kalian kepada akal sehat kalian semoga Allah merahmati kalian dan ketahuilah sesungguhnya kemenangan yang hakiki adalah dengan peperangan melawan musuh penyerang yang merusak agama dan dunia dimana setelah keimanan tiada kewajiban yang lebih wajib selain menolak serangan musuh penyerang tersebut. Bagi kalian ada suri tauladan yang baik pada diri saudara-saudara kalian yang mengetahui kewajiban ini kemudian mereka menetapi kewajiban ini.
Kepada saudara-saudaraku dalam kelompok Harakah Ahrar Asy-Syam Al-Islamiyah para rekan dalam jalan jihad dan pengusung proyek jihad, saya katakan kepada mereka:
“Wahai orang-orang merdeka Syam dan penjaga Syam, wahai orang-orang yang memiliki semangat baja dan cita-cita yang tinggi, wahai para singa tauhid dan ksatria medan laga, sepak terjang kalian telah dikenal luas oleh kancah-kancah peperangan, posko-posko militer dan bandara-bandara [rezim Nushairiyah]…bumi yang telah disirami oleh darah seribu orang syuhada’ dari pasukan pelopor kalian telah bersaksi bahwa kalian adalah orang-orang yang yakin saat mendapatkan musibah-musibah berat dan kalian adalah orang-orang yang tegar saat mendapatkan goncangan-goncangan, kalian telah menimpakan kehancuran besar dalam barisan Nushairiyah dan Rafidhah, kalian telah mengorbankan nyawa, harta dan waktu untuk meninggikan kalimat Allah dan menolong penduduk Syam yang tertindas —-demikian persangkaan kami terhadap kalian—….
Allah telah berkehendak untuk mengujikan beraneka ragam ujian kepada kalian dimana Allah menimpakan kezaliman dan tindakan aniaya jama’ah Daulah Islam Irak dan Syam, mereka membunuh secara aniaya, menawan secara zalim, menyerang terhadap pilar-pilar yang jihad tidak akan tegak kecuali dengannya yaitu senjata, amunisi, markas-markas, mereka mengirim bom-bom mobil yang disetir oleh orang yang datang untuk memerangi Nushairiyah namun berkesudahan sebagai orang yang tewas di antara cerai-beraian jasad mujahidin yang bertauhid, sehingga ia menghadap Allah dalam keadaan membunuh dirinya sendiri, menzalimi dirinya sendiri dan disesatkan oleh fatwa-fatwa pengkafiran dan vonis keluar dari agama tauhid, yang keluar dari sebagian ulama syariat dan pemimpin mereka tanpa bukti yang nyata dan landasan yang jelas, kecuali persangkaan ceroboh, kebodohan dan sikap ghuluw.
Maka disini kami menyatakan:
Pertama, kami menyatakan agama Allah terbebas [berlepas diri] dari perbuatan-perbuatan tersebut dan kami mensucikan syariat Allah yang lurus dari perbuatan-perbuatan tersebut. Demi Allah, menyatakan perbuatan-perbuatan tersebut sebagai bagian dari agama Allah sungguh lebih menyakitkan kami daripada sakitnya tercerai-berainya jasad kami oleh perbuatan-perbuatan tersebut. Karena sesungguhnya kami tidak keluar berjihad kecuali untuk menjaga wilayah agama ini, pemeluk agama ini, dan demi meninggikan kalimat tauhid. Sungguh menyedihkan kami bahwa kami dipalingkan dari jihad ini oleh perbuatan-perbuatan seperti tersebut.
Kedua, kami mengumumkan bahwa diri kami dizalimi, dikhianati dan diserang secara aniaya tanpa berdasar kebenaran dan bukti-bukti yang nyata. Sesungguhnya Allah Ta’ala telah berfirman:
أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا وَإِنَّ اللَّهَ عَلَى نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu.”(QS. Al-Hajj [22]: 39)
وَلَمَنِ انْتَصَرَ بَعْدَ ظُلْمِهِ فَأُولَئِكَ مَا عَلَيْهِمْ مِنْ سَبِيلٍ (41) إِنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ وَيَبْغُونَ فِي الأرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (42)
“Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada satu dosa pun terhadap mereka. Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu akan mendapat azab yang pedih.”(QS. Asy-Syura [42]: 41-42)
Orang yang dizalimi lagi diserang secara aniaya itu berhak menolong kezaliman dari dirinya dan menahan serangan pihak yang menganiaya dalam syariat kita yang mulia. Ketika kami keluar berjihad untuk menghilangkan kezaliman dari masyarakat, kami tidak rela apabila kami berbuat zalim atau kami dizalimi.
Sekali-kali kami tidak akan rela dengan turunnya kezaliman tambahan terhadap rakyat muslim yang telah menderita ini, dimana ia silih-berganti dijadikan mangsa dan berulang kali ditusuk oleh tombak Nushairiyah dan Rafidhah sampai membuatnya penuh luka yang parah, dan ia dicabik-cabik oleh penderitaan luka-luka, kelaparan, penyakit dan keterusiran [dari kampung halaman] sampai ia mengalami kepayahan yang teramat berat.
Demi Allah, sekali-kali kami tidak rela apabila rakyat muslim ini ditimpa kezaliman atau kesempitan lagi, tidak dari orang kafir maupun dari orang muslim, tidak dari orang dekat maupun dari orang jauh. Kami telah berjanji kepada Allah atas hal itu dan sesungguhnya kami telah menyerahkan diri kami sepenuhnya di sisi Allah, maka kami tidak peduli apakah kami akan tewas di tangan orang-orang kafir maupun di tangan orang-orang zalim yang melakukan serangan aniaya dan pengkhianatan. Sebab balasan kita di sisi Allah terjaga dengan niat dan pengharapan terhadap apa yang ada di sisi-Nya.
Ketiga, meskipun kami mengalami luka-luka yang menganga dan tikaman-tikaman secara khianat, sesungguhnya kami akan berusaha sekuat kemampuan kami untuk tetap mengarahkan senjata kami pada rangking pertama kepada rezim Nushairiyah ini, demi menjatuhkan rezim ini dan melipat lembaran-lembaran kezaliman di negara kita, agar keadilan menyebar luas, syariat Islam berkuasa, dan kalimat Allah menjadi kalimat yang paling tinggi.
Kami akan berusaha untuk tidak disibukkan oleh selain peperangan melawan rezim. Tikaman yang pelaku serangan aniaya dan kezaliman yang mampu kami tanggung, niscaya akan kami tanggung sekalipun hal itu mencederai dan menyakitkan kami, demi mengutamakan keselamatan seluruh kaum muslimin, menjaga kehormatan mereka, menyingkirkan peluang rezim Nushairiyah dari melakukan tindakan pembalasan terhadap rakyat dan tidak melakukan pembelaan terhadap diri kami sendiri semata.
Kami katakan secara jelas dan terang, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan bisa menerima sebuah kezaliman yang memperpanjang usia rezim Nushairiyah, meringankan tekanan terhadapnya dan memulihkan kekuatannya setelah ia sempat mengalami kelemahan. Sesungguhnya kezaliman yang kami bersabar untuk menanggungnya adalah kezaliman yang tidak menghentikan perjalanan jihad di Syam dan tidak menghilangkan kemaslahatan-kemaslahatan orang-orang yang tertindas lagi dizalimi, serta [kezaliman] yang bahayanya terbatas pada diri kami sendiri, bukan kepada selain kami.
Adapun jika kezaliman itu sampai pada taraf menghentikan jihad, menihilkan front-front, meringankan tekanan terhadap rezim kriminal, membiarkan sampainya pasukan-pasukan bantuan kepada rezim, atau memutuskan bantuan-bantuan terhadap mujahidin yang sedang melaksanakan ribath di tsughur, menutup pintu-pintu penyeberangan dan mempersempit gerakan seluruh kaum muslimin [di Syam], maka kezaliman seperti ini tidak akan kami biarkan, kami tidak akan membiarkan pelakunya dan kami tidak akan memaafkannya. Sebab kemarahan kami pada saat itu adalah kemarahan karena Allah dan karena hal-hal yang Allah haramkan telah dilanggar. Maka janganlah sekali-kali ada seseorang yang mendekati lampu merah ini.
Adapun barangsiapa yang kembali [bertaubat] setelah ia melakukan kezaliman dan tindakan aniaya, maka ia adalah saudara kami yang tercinta, dan syariat Allah yang suci pada pengadilan-pengadilan syariat yang indipenden akan memberikan keputusan di antara dua orang yang berselisih dalam perkara hak-hak. Perdamaian adalah lebih baik, sebagaimana ditegaskan oleh kitab suci Rabb kita, dan kami adalah para pencari kebenaran, bukan penganiaya yang melakukan kebatilan.
Oleh karena itu kami menyambut dengan baik inisiatif yang dinamakan “INISIATIF UMAT untuk menghentikan peperangan dan mengembalikan hak-hak melalui cara berhukum kepada syariat”. Kami menegaskan wajibnya memastikan perangkat-perangkatnya dan mengedepankan para pemimpin yang diakui [kredibel] bagi perjanjian-perjanjian yang mewajibkan pelaksanaan keputusan hukum yang diambil oleh pengadilan-pengadilan syariat yang dibentuk berdasarkan kesepakatan.
Sebab, sudah cukup bagi rakyat kita bencana peperangan dan pengepungan. Maka sekali-kali kita tidak boleh menambah penderitaan mereka dengan menyibukkan diri dalam peperangan intern yang dipaksakan oleh orang-orang yang arogan, angkuh, individualis dan aniaya. Perkara-perkara itu sudah saatnya berakhir, sebab telah terbukti dengan pasti bahayanya terhadap jihad di Syam dan semakin bertambahnya pengingkaran para ulama umat Islam, mujahidin dan penduduk terhadapnya.
Terakhir…
Kami sampaikan kalimat kepada orang-orang yang melakukan konferensi dengan mengatas namakan gerakan oposisi di Jenewa: Sesungguhnya sejarah itu dibuat oleh sikap para ksatria. Adapun orang-orang yang menyia-nyiakan waktu mereka pada pasar tawar-menawar yang murah, yang hanya berujung pada menjual darah para syuhada’ dan memperdagangkan penderitaan rakyat kita yang terkepung dan terusir, demi meraih keuntungan dunia yang sedikit…
Maka kami mengingatkan mereka bahwa mereka sekali-kali tidak akan menerima dari mereka penyerahan kekuasaan. Maka hendaklah mereka menutup kembali lembaran-lembaran kertas mereka dan memasukkannya ke laci-laci mereka. Karena sesungguhnya para thaghut, dan terutama pemimpinnya Bashar Asad, tidaklah memahami selain bahasa senapan dan peluru.
Ya Allah, angkatlah penderitaan-penderitaan dan kesulitan-kesulitan dari penduduk Syam.
Ya Allah, hancurkanlah Bashar Asad, pasukan-pasukannya, pendukung-pendukungnya dan sekutu-sekutunya.
Ya Allah, peliharalah jihad kami di Syam, barangsiapa ingin melakukan keburukan terhadapnya maka sibukkanlah ia dengan dirinya sendiri dan kembalikanlah akibat buruknya mengenai dirinya sendiri, wahai Ilah [sesembahan yang hak] kami dan Pelindung kami.
Dan akhir dari seruan kami adalah segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam.
(muhib al majdi/arrahmah.com)