HOMBORI (Arrahmah.com) – Tentara penjajah Perancis dan boneka mereka mengklaim telah merebut kembali sebuah kota di wilayah Mali utara, kota Hombori dari tangan Mujahidin dan mereka terus melanjutkan kampanye militer untuk mendapatkan kembali kontrol Mali utara.
Hombori terletak sekitar 160 Km dari benteng Mujahidin di kota Gao.
Sebelumnya, pesawat tempur penjajah Perancis dilaporkan membombardir posisi Mujahidin, spbu dan pembuangan amunisi di dekat Gao.
Tapi juga ada laporan bahwa Mujahidin telah meledakkan sebuah jembatan yang menghubungkan bagian timur Mali dengan Nigeria, di mana tentara Afrika berencana untuk membuka sebuah front.
Jembatan ini terletak di kota Tassiga, yang terletak di rute tercepat dari Niger menuju Gao dan mencakup jurang.
Ibrahim Ag Idbaltanate, mantan deputi parlemen Mali, mengatakan bahwwa jembatan itu bukan satu-satunya cara untuk menyeberangi ngarai.
“Anda dapat memutar tiga sampai enam mil dan menemukan cara lain untuk melanjutkan jalan,” ungkapnya kepada AP.
Pasukan dari Niger dan Chad berharap dapat menggunakan jembatan itu untuk bergabung dengan pasukan terdepan melawan Mujahidin. Beberapa negara Afrika telah menjanjikan bantuan militer untuk membantu pemerintah lemah Mali “merebut” kembali kendali di wilayah utara yang saat ini dikendalikan Mujahidin dan telah diterapkan syariat Islam di sana.
Mujahidin Mali belum mengeluarkan statemen resmi untuk membenarkan atau menyangkal informasi mengenai direbutnya kota Hambori dari tangan mereka.
Dalam perkembangan lain, Inggris mengatakan pada Jumat (25/1/2013) bahwa mereka telah mengerahkan pesawat mata-mata Sentinel R1 untuk mendukung pasukan penjajah Perancis dan Mali.
Untuk pertama kalinya terlihat patroli bersama pasukan penjajah Perancis dengan pasukan boneka Mali di kota Douentza, barat Gao, lapor AFP mengutip sumber-sumber Mali. Saat ini terdapat skeitar 2.000 tentara Perancis di Mali.
Badan pengungsi PBB mengatakan lebih dari 7.000 warga sipil Mali telah melarikan diri ke negara tetangga sejak pesawat tempur Perancis meluncurkan serangan, membombardir wilayah utara Mali yang menyebabkan banyak warga sipil tak berasalah menjadi korban. (haninmazaya/arrahmah.com)