KANDAHAR (Arrahmah.com) – Ini adalah ide yang hampir setua perang itu sendiri, untuk menjaga musuh keluar, dibangun penghalang fisik. Maka, di sebelah barat kota Kandahar, tentara yang mengklaim paling berteknologi maju di dunia, beralih ke blok beton untuk menjaga pergerakan Mujahidin.
“Ini adalah satu-satunya cara untuk menghentikan gerak mereka,” ujar seorang kapten AS, Adam Dortono saat ia duduk di terminal komputer di sebuah ruangan yang dipenuhi layar flat memperlihatkan video dari night vision dan kamera infra merah yang diambil dari pesawat pengintai dan helikopter.
“Kebebasan bergerak mereka begitu mengalir kecuali kita membangun struktur untuk membatasi mereka, mereka mampu berpindah ke barisan kami seperti keju Swiss,” tambahnya.
Selama hampir sepuluh tahun, Mujahidin Afghanistan yang dipersenjatai dengan bom rakitan dan Kalashnikov, berhasil membingungkan tentara salibis AS dan NATO di Afghanistan, meskipun terjadi kesenjangan teknologi.
Distrik Zhari telah menjadi hotspot terkenal. Mujahidin menggunakan serangkaian bunker dalam parit untuk menyergap di Highway One, jalan lingkar yang menghubungkan Kandahar ke Kabul, Helmand dan Herat.
“Jalan ini terlalu terbuka, tapi jika Anda adalah seorang tentara atau kontraktor dan melaju melalui Zhari, Anda akan mendapatkan tembakan,” lanjut Dortona. “Konvoy keamanan swasta diganggu beberapa kali dalam sehari”.
“Ini akan sampai ke poin dimana Taliban melakukan konvoy, dan menjaga kontak untuk dua sampai tiga jam, resuplai dengan van dari selatan.”
Meskipun hanya beberapa bagian dari penghalang 50 mil sejauh ini telah dibangun, “Great Wall of Kandahar” dirancang untuk menghentikan serangan Mujahidin di jalan raya dengan menghalangi trek, jalan dan saluran air yang biasa digunakan untuk menyelinap dari selatan. Tembok serupa pernah dibangun di Irak.
Kamera menjelajahi sepanjang tembok 24 jam sehari dan tentara mungkin akan diletakkan di setiap persimpangan, sehingga “Taliban tidak bisa bergerak seperti dulu,” klaim Dortona.
“Itu rencana bodoh,” ujar Haji Suliman (48) dari Sangsar, desa kelahiran Taliban. Ada banyak cara yang dapat digunakan Taliban, dan kini beberapa ladang sangat basah, kami tidak dapat bertani karenanya,” tambahnya.
Pasukan Amerika Serikat mengatakan dinding akan membuat hidup penduduk setempat dalam jangka pendek, tapi mereka bersikeras akan mengerjakan itu. “Ketika kami tiba di sini (pada bulan Juni) setiap pagi kami bangun dengan tembakan dan ledakan RPG.
“Rasanya seperti alarm jam, pemberontak menyerang dari Higway One,” ujar Komandan Kompi, Kapten Dave Forsha. (haninmazaya/arrahmah.com)
*gambar : dinding dilihat dari udara