PALESTINA (Arrahmah.com) – Para pejabat “Israel” pada Senin (14/7/2014) memperbarui seruannya untuk memutus pasokan makanan dan listrik ke Jalur Gaza sebagai tindakan pengecut mereka dalam menghadapi gerakan perlawanan Hamas dan penduduk Palestina di daerah itu, lansir MEMO.
Wakil Menteri Pertahanan “Israel” Danny Danon mengklaim pentingnya untuk menekan Hamas dan rakyat Gaza melalui pemotongan pasokan listrik dan membom pembangkit listrik Gaza serta menghancurkannya sepenuhnya.
Dalam sebuah wawancara radio pada Senin (14/7) Danon meminta Netanyahu untuk memutus pasokan listrik yang “Israel” adakan untuk pembangkit listrik, dan untuk mencegah aliran bahan bakar, makanan dan barang kebutuhan pokok ke Gaza.
Kolumnis “Israel” menyerukan penutupan penyebrangan perbatasan Karm Abu Salem, satu-satunya perbatasan komersial yang menghubungkan Gaza ke Tepi Barat, sehingga tidak ada makanan, bahan bakar atau ekspor lainnya yang bisa mencapai Jalur Gaza.
Sebelum meyerang Gaza, “Israel”sempat membuka sebagian persimpangan Karm Abu Salem untuk masuknya barang dari Tepi Barat ke Jalur Gaza.
Persimpangan ini juga menyalurkan 120 megawatt listrik untuk Gaza, yang merupakan 25 persen dari kebutuhan Jalur Gaza dalam keadaan normal. Mesir menyediakan 28 megawatt untuk Gaza, dan pembangkit listrik Gaza saat ini menghasilkan sekitar 60 megawatt.
Jalur Gaza melewati krisis listrik besar setiap kali pasokan bahan bakar, yang digunakan dalam menghasilkan listrik dari pembangkit listrik, tertunda. Pasokan bahan bakar masuk ke Gaza melalui penyebrangan perbatasan Karm Abu Salem.
Mohanned Akl, seorang peneliti ekonomi yang mengkhususkan diri dalam perekonomian “Israel”, mengatakan bahwa jika persimpangan Karm Abu Salem di sisi “Israel” akan ditutup selama seminggu, Jalur Gaza akan hidup dalam kegelapan karena pemadaman listrik akibat kekurangan bahan bakar, dan pasar Gaza akan kosong bahan makanan dan kebutuhan pokok.
“Pemerintah ‘Israel’ belum menyetujui seruan untuk menutup perbatasan dan memutus pasokan, karena melaksanakan seruan tersebut akan membuat “Israel” berada [di bawah] tekanan internasional utama, terutama dari Uni Eropa,” kata Akl kepada kantor berita Anadolu dalam sebuah wawancara melalui telepon.
“Israel” sebelumnya telah memberlakukan pengepungan ekonomi di Jalur Gaza dan memutus pasokan makanan, bahan bakar dan listrik, yang mendorong warga Palestina di Gaza untuk menggali terowongan ke Mesir untuk menyelundupkan barang dan bahan bakar kebutuhan mereka. Hal ini menyebabkan munculnya apa yang dikenal dengan terowongan-terowongan ekonomi, yang telah dihancurkan tahun lalu setelah tentara junta Mesir menutup dan menenggelamkan terowongan-terowongan tersebut.
(banan/arrahmah.com)