SURABAYA (Arrahmah.com) – Ternyata faham NII telah berhasil menyusup di PP Muslimat NU, demikian yang dikatakan Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat Nahdatul Ulama (NU) Khofifah Indar Parawansa.
“Di pengurus (muslimat) juga ada. Saya sendiri juga kaget. Dia salah satu pengurus harian, wakil sekretaris yang juga seorang dosen dan doktor,” kata Khofifah saat Harlah ke-65 Cabang Muslimat NU Surabaya di Taman Bungkul Jalan Raya Darmo, Surabaya, Selasa (17/5/2011).
Menurut dia, salah satu pengurus harian Muslimat itu menyampaikan sendiri pengakuannya itu. Dia juga baru menyadari ternyata anak dan keponakannya juga mengikuti faham NII. Khofifah tidak lantas memberikan sanksi kepada sang pengurus karena semuanya melalui proses di luar kesadarannya atau sepertinya ada yang mengajak mereka melalui alam bawah sadar.
“Kami juga tidak melakukan rehabilitasi karena itu pengalamannya dulu,” katanya.
Dalam situs Antara, Khofifah mengungkapkan bahwa NII versi sekarang tidak bertujuan untuk membentuk Negara Islam, tetapi merusak citra islam itu sendiri. Khofifah mengingatkan para ibu, khususnya anggota Muslimat, bahwa persoalan NII tidak bisa dianggap enteng.
“Ini yang harus dipahami, bagi NKRI tidak membahayakan, tapi mereka merusak Islam. Masak, kalau mau masuk surga harus membayar sekian uang dengan mengatas namakan slam. Bahkan mereka diberitakan boleh tidak sholat,” katanya.
Khofifah mengutipkan hasil survei yang dirilis di Jakarta beberapa waktu lalu bahwa dari seratus sekolah menengah atas dan sekolah menengah pertama, bahwa setengahnya memberikan dukungan pada pola radikalisme. Dan menyarankan agar Menteri Agama dan dan Menteri Pendidikan Nasional harus terus meng-update kurikulum pendidikan keagamaan.
Ia meyakini ibu-ibu Muslimat tidak berpandangan radikal, namun anaknya yang kuliah di perguruan tinggi bisa saja mendapat sosialisasi atau indoktrinasi NII atau faham radikalisme. (rasularasy/arahmah.com)