Ini adalah Idul Fitri yang jauh dari rumah untuk Esfandiyar Ahmad dan keluarganya.
Mereka adalah pengungsi Suriah yang tinggal di kamp Domiz di Dohuk, Irak.
Keluarganya meninggalkan Afrin dan telah berada di sini selama sembilan tahun.
Tapi mereka tetap mempertahankan adat istiadat Suriah mereka untuk menandai akhir bulan puasa Ramadhan.
“Idul Fitri datang dan membawa cinta setiap tahun, dan orang-orang pergi ke pasar seperti yang kami lakukan juga. Kami membuat kue ma’amoul, barazek, dan qurabiya seperti yang Anda lihat, dan kami membeli pakaian untuk Idul Fitri. Anak-anak senang dengan hal-hal ini. Semoga menjadi kebaikan dan berkah bagi kita setiap tahun,” kata Esfandiyar kepada AP.
Kue tradisional Suriah adalah salah satu cara untuk merasa lebih dekat dengan rumah.
Namun saat Esfandiyar dan ibu serta adiknya menyiapkan adonan, pikirannya tertuju pada bagaimana liburan ini dulu, sebelum mereka meninggalkan tanah air.
“Idul Fitri di Suriah lebih bagus dari pada di sini, karena di Suriah dulu kami punya keluarga dan kerabat. Kami biasa pergi ke rumah kakek nenek dan rumah lain untuk mendapatkan Eidiya (hadiah uang) dari mereka dan membeli pakaian,” kenangnya.
“Tentu saja merayakan Idul Fitri bersama kerabat berbeda dengan di sini. Di sini, kami tidak punya siapa-siapa, kecuali ayah dan ibuku. Maksudku keluarga di sini kecil.”
Kamp Domiz adalah rumah bagi 28.000 warga Suriah dan didirikan pada April 2012.
Idul Fitri merupakan hari raya yang menandai berakhirnya bulan suci Ramadhan.
Muslim secara tradisi berbelanja pakaian dan makanan baru untuk menandai hari raya.
Dan itu tidak berbeda untuk pengungsi, dengan pasar yang ramai di dalam kamp yang sibuk dengan pembeli.
Shevan, berasal dari Qamishli, membeli pakaian untuk anak-anaknya.
“Saya punya dua anak laki-laki dan satu perempuan. Saya langsung pulang kerja untuk membeli pakaian untuk mereka,” katanya.
“Bagaimana situasinya? Kita harus memuji Allah dalam keadaan baik atau buruk.”
Perayaan Idul Fitri berlangsung selama tiga hari dan menjadi waktu untuk kumpul keluarga serta bertukar kado.
Ini tahun kedua, Idul Fitri datang di tengah wabah virus corona, dan kurangnya bantuan untuk pengungsi Suriah.
Tetapi pemilik toko Nubar Sagvan mengatakan dia masih memiliki banyak pelanggan.
“Sebenarnya, Idul Fitri tahun ini bagus, tapi lebih banyak orang yang membeli pakaian untuk anak-anaknya saat Lebaran terakhir. Tapi secara umum, bisnisnya bagus dan banyak orang yang punya anak datang ke pasar,” ujarnya.
Libur Idul Fitri dimulai pada hari pertama bulan Syawal, bulan kesepuluh dalam penanggalan hijriah.
(haninmazaya/arrahmah.com)