Para pengungsi Suriah di pedesaan Idlib selatan menggambarkan kamp untuk mereka yang menyelamatkan diri dari Hama Utara sebagai “kamp penderitaan” karena kondisinya yang begitu memprihatinkan, ungkap AA dalam kunjungan ke daerah itu, seperti dilansir WB pada Sabtu (27/12/2014).
Para pengungsi Suriah dari Hama dipaksa untuk meninggalkan rumah mereka karena serangan udara biadab yang gencar dilakukan rezim Nushairiyah. Keluarga yang mengungsi terlihat berada di tenda-tenda di bawah pohon. Mereka berharap bahwa itu akan menyembunyikan mereka dari pilot-pilot rezim, yang tidak ragu-ragu untuk menjatuhkan bom terhadap warga sipil.
Para keluarga pengungsi mengatakan mereka sekarang merasa lebih aman berada di lahan zaitun hijau dan di perkebunan di pedesaan Idlib daripada di rumah mereka sendiri di Hama.
AA menyaksikan kamp-kamp itu tidak memiliki nama resmi. Namun, warga di daerah terdekat menyebutnya sebagai “kamp penderitaan” karena standar hidup yang mengerikan, yang dikhawatirkan akan memburuk selama musim dingin.
Kamp-kamp itu belum mendapatkan bantuan kemanusiaan dan orang-orang yang ada di sana menderita kelaparan. Namun, meskipun situasi yang menyedihkan, anak-anak terlihat masih bisa tersenyum dan bermain.
Seorang ibu pengungsi mengatakan mereka tidak makan roti selama dua hari. Mereka juga mengalami kekurangan air yang parah dan orang-orang menggunakan hujan sebagai satu-satunya sumber air mereka, tambahnya.
Sang ibu mengatakan ia mengirim anaknya yang berusia 5 tahun ke desa terdekat untuk melindunginya dari musim dingin.
Abu Samer mengeluhkan tidak adanya organisasi-organisasi bantuan kemanusiaan internasional untuk membantu mereka. Samer mengatakan orang membakar cabang pohon zaitun untuk menjaga diri agar tetap hangat.
Ratusan ribu orang terpaksa meninggalkan rumah mereka di pedesaan bagian utara Hama karena serangan udara rezim diktator Presiden Bashar Assad. Orang-orang yang tetap tinggal di Hama hidup di terowongan dan gua-gua, kata pengungsi.
Pasukan perlawanan pada Maret 2011 memulai aksi protes untuk menggulingkan dikator Assad. Perjuangan mereka kemudian berubah menjadi perang sipil pada bulan Juli tahun itu setelah pasukan rezim menekan aksi protes dengan brutal.
Lebih dari 190.000 orang telah terbunuh di Suriah sejak konflik dimulai, menurut hitungan PBB yang dirilis Agustus lalu.
Amnesti International mengatakan lebih dari 10 juta orang telah terpaksa keluar dari rumah mereka; setidaknya empat juta dari mereka telah menjadi pengungsi, terutama di Turki, Lebanon, Yordania, Irak dan Mesir.
(banan/arrahmah.com)