DHAKA (Arrahmah.com) – Saat ratusan pengungsi Rohingya melarikan diri dari kekerasan di barat laut Myanmar, beberapa orang yang menderita luka tembak dan luka bakar berhasil menyeberangi perbatasan untuk dirawat di Bangladesh, lansir bdnews24 pada Selasa (29/8/2017).
Pada Ahad (27/8), sembilan Muslim Rohingya dirawat di rumah sakit yang dikelola pemerintah di kota Chittagong, kata polisi setempat.
“Dua di antaranya mengalami luka bakar dan enam lainnya luka tembak. Kerabat dan polisi membawa mereka ke rumah sakit,” kata Asisten Sub Inspektur Alauddin Talukder, yang dikirim ke sebuah kamp di rumah sakit Chittagong Medical College.
Tiga korban lainnya , termasuk seorang anak laki-laki, diterima pada Senin siang (28/8).
Anak laki-laki yang berusia 10 tahun, Zunayed, memperoleh luka peluru di kepalanya dan dalam kondisi kritis, kata petugas polisi, mengutip laporan dokter.
Pada hari Senin, 19 orang Rohingya dirawat di rumah sakit di kota pelabuhan. Dari mereka, satu menyerah pada luka tembak pada Sabtu (26/8).
“Pengungsi Rohingya yang mengalami luka bakar memberi tahu kami bahwa mereka terluka dalam ledakan bom, tapi kami tidak dapat memperoleh rincian apapun,” SM Khaled Chowdhury dari unit luka bakar rumah sakit tersebut, mengatakan kepada bdnews24.com.
Dia mengatakan salah satu orang Rohingya memperoleh luka bakar serius.
Kerabat pengungsi Rohingya yang terluka mengatakan bahwa mereka pertama kali dirawat di rumah sakit Médecins Sans Frontières (MSF) di kamp pengungsian Kutupalong.
MSF menyebutkan dalam dokumen medis mereka bahwa ledakan bom yang menyebabkan luka bakar yang diperoleh korban, tapi satu korban bernama Jahed, yang menjalani perawatan di Rumah Sakit Chittagong Medical College, mengatakan bahwa dia menderita luka bakar saat tentara Myanmar membakar rumahnya.
Sepupu Jahed, Sadek juga dirawat di rumah sakit dengan luka serupa. Ibu Sadek, Rahima Khatun, mengatakan kepada bdnews24.com bahwa rumah tersebut terbakar dalam pemboman.
Kekerasan meletus di negara bagian Rakhine, di barat laut Myanmar, setelah serangan yang dikoordinir oleh gerilyawan Rohingya yang memegang tongkat, pisau dan bom rakitan di 30 pos polisi dan sebuah pangkalan angkatan darat pada Jumat dini hari.
Pemerintah Yangon melaporkan setidaknya 104 orang tewas, sebagian besar para gerilyawan, ditambah 12 anggota pasukan keamanan dan beberapa warga sipil.
Warga sipil yang panik, baik Muslim Rohingya dan Buddhis Rakhine, melarikan diri karena takut akan tindak kekerasan lebih lanjut di tengah tindakan keras tentara terhadap gerilyawan.
Ribuan Muslim Rohingya telah berusaha untuk menyusuri Sungai Naf dan kanal-kanalnya yang memisahkan Myanmar dan Bangladesh dan melintasi perbatasan darat.
Insiden pasukan Myanmar yang menembaki Rohingya yang berkumpul di dekat perbatasan telah dilaporkan dalam dua hari terakhir.
Meskipun ada langkah-langkah untuk menghentikan masuk gelombang pengungsi, sekitar 2.000 orang telah berhasil menyeberang ke Bangladesh sejak Jumat, menurut perkiraan pengungsi Rohingya yang tinggal di kamp darurat di Bangladesh, Reuters melaporkan.
Sampai Senin (28/8), pasukan Penjaga Perbatasan Bangladesh (BGB) berusaha mencegah 1.081 orang Rohingya, yang melintasi perbatasan dengan Teknaf dan Ukhiya dari Cox’s Bazar, dan Ghumdhum di Bandarulu’s Naikkhyanchharhi.
Polisi Ukhiya telah menangkap dua orang Rohingya atas tuduhan membantu para pengungsi menyeberangi perbatasan. (althaf/arrahmah.com)